NUSAIDAMAN

Selamat Datang, Teman... Terima Kasih sudah berkunjung...

Jumat, 27 Februari 2009

MARILAH COBA TERSENYUM


Apa yang membuatmu tersenyum ikhlas seharian ini? Yeap, itu inti pertanyaan dari PR yg dikasi ma bang Dodi ni. Tapi berhubung yg ngasi PR telah dengan sesuka hati mengubahnya menjadi sepekan, yaa kuubah pulalah. Tadinya malah mo minta sebulan, tapi kebangetan juga siy...:p

Huff, selese juga. Musti diselesein cepat, soalnya takut ga nemu lagi yg bisa bikin senyum ikhlas (pelit banget yak?) Dan inilah...


MELINGKAR LAGI

Setelah berbulan-bulan gak ada kepastian, karena surat Mutasi yg tak kunjung tiba, akhirnya kuputuskan menelusuri sendiri kota Pahlawan ini, untuk mencari lambang bulan sabit yg dipisahkan gambar padi itu. Waktu terus berlalu, tidak adil bagi diri sendiri membiarkan ada sesuatu yg hilang. Apalagi Pemilu tidak lama lagi. Sangat yakin so much to do. Rasanya culas banget kalo yg lain udah sibuk2 DS, ato apalah, sementara aku hanya dicapekkan oleh rutinitas kantor. And now I’ve found it, mmm...sebenarnya dari sebelum taon baru, tapi nemu komunitas yg cuman bisa sabtu ahad, plus reachable dr kos2an baruku ternyata belibet juga. Alhamdulillah, akhirnya jalan juga...


MIMPI KETEMU AYAH

Rasanya masih sulit untuk melepaskan memori tentang Ayah di setiap tulisanku. Selalu saja ada cerita tentangnya, bahkan di bulan ketiga sejak kepergiannya. Ini kali ketiga aku mimpi bertemu Ayah. Di mimpi itu aku memeluk Ayah erat. Erat sekali, sambil membisikkan ”Ayah, rinduka sm kita” (dlm Bhs Indonesia berarti ”Ayah, aku rindu sama Ayah”) Entahlah, apa itu betul2 Ayah yg ingin menjenguk putrinya lewat mimpi, ataukah hanya bunga tidur belaka. Namun di subuh itu aku terbangun dengan senyuman dan perasaan yg sangat bahagia, meskipun waktu abis salat subuh aku kembali tergugu, tak sanggup menahan perasaan kehilangan itu. Betapa aku merindukanmu, Yah...


GETTING NEW FRIENDS

Pekan ini aku meng-add dan di-add di YM sama teman di Plurk. Well, it’s so nice to have a new fren. Thanks to Bang Pradna dan Bang(?) Denda. Makasih buat diskusi2 asik kita. Oia, sbenarnya banyak siy, tp udah dari dulu, gak masup pekan ini. Yang ngasih PR kan bilangnya pekan ini.

mmm... talkin bout Plurk. Harus diakui, memang banyak ditemukan hal baru disini. Teman baru, pengetahuan baru, istilah baru, qiqiqi. Ada kak Acculk, yg ternyata senior di kampus dulu (dulunya gak kedetect sama sekali, waks...) ada bang Dodi yg baek dan sombong (sowry bang, ni bang dodi ndiri kan yg ngaku..:p), tp sedikit sokteu, hihiy. Trus trus... ada Ucrit, Fochi, bang Andri, mbak Citra, mbak Nv, uhh... merupakan suatu kehormatan bisa mengenalmu disini, pasangan tigger-iLo, k’deen, masi banyak degh...such a sweet community. Thanks for colouring my days...


GAJIAN PLUS DAPAT UANG SPPD

It’s all bout money, beibh... (matre mode ON), huehuehue... tapi jujur, dapat tilpun dari keuangan kalo uang saku dah keluar mampu membuatku full smile hari itu, Apalagi uang perjalanan dinas ke Malang kemaren juga udah cair. Lumayan lah, nambah2 saldo tabungan. Alhamdulillah...


ADA PENINGKATAN TS

TS? Tau gak? Telaahan staf, semacam skripsi gituh, yg musti dibuat dan dipresentasikan di akhir masa OJT di kantor ni. Meskipun dikit, tapi bersyukurlah ada sedikit progress. Bisa nambah2in di Teori Dasar dan Analisa. Ngambil datanya susakh soalnya, di Mojokerto sono. Doain yak teman, moga-moga semuanya lancar mpe SK keluar, ameeen....


HAVING NEW BOOK

Kan abis gajian, boleh dunk memanjakan diri sendiri. Kali ini beli 3, puas deh baca2 di kamar mpe tidur. Mmm... tapi sepertinya bakal nambah lagi. Baruu aja nemu referensi buku baru, dari teman. Katanya siy bagus. Novel pulak. Dah lama ne gak baca novel. Beli skarang ato tunggu bulan depan yak?



DI TELPON BUNDA

Tadi pagi Ibu nelpon, lumayanlah penentram hati. Apalagi ngasih kabar bahagia gituh. Huhuhuh, luv u Mom. Hasilnya? Jadi sumanga’ menjalani hari ini. Ternyata bener, energi cinta Ibu itu tak terbatas...





And overall, bsyukur masih bisa menghirup udara-Nya, masih bisa berinteraksi dengan orang-orang, masih punya segudang mimpi dan harapan, dan bersyukur karena masih diberi kemampuan untuk senantiasa bersyukur. Rasanya itu sudah cukup menjadi alasan untuk selalu tersenyum. Semoga....


Kepanjangan yak? Ngng... wat yg kedua nanti aja yak, kapan2...:p

Lum tau mo di forward ke sapa, skalian aja deh di postingan PR kedua, see ya...


Senin, 23 Februari 2009

MEMAKNAI KEGAGALAN

Dering sms sejenak menghentikan aktivitasku

”Gimana kabar de? Lama ndak ada kabar dari Surabaya ini...”

Sender:
+62813435XXXXX


Hmm... dari sodara sepupu di Makasar. Aku memutuskan menelpon dy saja, dan sedikit penggalan percakapan yg membuatku ingin menulis...


Sepupu : Pusingka ini de, ndak lulus lagi di Pariwisata. Yang kemarin Keuangan juga namaku tidak ada. Padahal sisa dua ini yg kutunggu


iLLa : Adaji nanti itu. Yang sabar saja kak...

Sepupu : Dehh... gampang memang ngomong kalo adami kerjata’ di’

iLLa : ih, nda gitu. Saya juga pernahji rasakan ksian, nda lulus dimana-mana.

Sepupu : De, ajari dulu doanya e... waktu mendaftar kerjaki (wakz...:p)

iLLa : *sambil ketawa2* Apa yak?? kyknya sama koq dengan doa pencari kerja yg laen...

Sepupu : Yaaa minimal supaya nda terus2an gagal kayak saya....

iLLa : ............................... *napa musti takut gagal siy??* (doh)


Hhh.... Kegagalan. Sebuah nyanyian kehidupan yang telah berulang menyapaku.

Gagal masuk STAN selama 3 tahun berturut-turut, padahal betapa orang tua sangat mengharapkan itu, menyusul kakakku yg telah lebih dulu di sana.

Gagal mempersembahkan gelar Sarjana Teknik akhir 2006, kembali memupuskan harapan orang tua melihatku mendaftar PNS awal 2007 silam. Gelar itu bahkan baru teraih 9 bulan kemudian, dengan langkah tertatih, dengan sisa-sisa semangat yg ada. Sangaaaat jauh dari target.

Tak terhitung lamaran kerja yg bertumpuk di perusahaan, instansi, ato apalah... menunggu ajal untuk ditimbang dan dijual kiloan.

Namun adakah semua itu perlu ditangisi dan disesali kehadirannya?
Ataukah justru mencari dan menghalalkan segala cara untuk menghindarinya?
Tidak, teman. Tidak perlu. Everything comes for a reason, even though we are not wise enough to face it.

Tuhan memiliki banyak cara untuk mentarbiyah hamba-Nya.
Termasuk dengan hempasan kegagalan yg mungkin menyakitkan.
Yang mungkin akan memburamkan mimpi-mimpi kita.
Yang mungkin akan mengikis optimisme kita dan perlahan membuat jiwa kita menjadi kerdil, karena merasa semuanya memang tidak layak untuk kita.

Tapi percayalah, teman. Selalu ada rencana indah dari Tuhan untuk kita.
Tak perlu mencari tahunya sekarang, karena ia akan datang di waktu yg tepat.
Di saat di mana Tuhan mengirimnya dengan paket keridhoan-Nya
Dan adakah yg lebih indah selain Ridho-Nya di tiap jejak langkah kita?

Seorang filsuf mengatakan Hidup adalah Pilihan.
Sangat tepat, karena di sepanjang hidup kita akan selalu dihadapkan pada pilihan- pilihan yg harus diputuskan, cepat atau lambat.
Memaknai kegagalan, pun adalah sebuah pilihan, teman.
Dan seperti apa kita memaknainya, kembali lagi pilihan disodorkan, ingin melihatnya sebagai batu loncatan menuju kesuksesan yg lebih besar, atau memandang sinis pada kegagalan itu, atau menilainya sebagai momok yg amat sangat mengerikan?
Pilihannya ada pada Anda...
Selamat memilih..!!!^_^


Label:

Sabtu, 14 Februari 2009

it's my fuLL name

Tulisan ini inspired dari ”diskusi” td siang di dunia maya. It’s bout name. Aku yg mulai, dan aku tinggalin buat rapat di Niaga. Biasalah, calon pelanggan baru. Pas aku balik buat cek, astajaaaa diskusi itu dah melebar kemana-mana. Out of topic buanget dah...:D

Sampe aku liat ada satu komen yg sedikit menyentil sisi sensitivitasku. ”kasian si iLLa, nama asLinya malah ndak laku". Deg!!!

Bukan, bukan karena itu. Bukan karena kasiannya. Tapi mengingat bahwa yg dimaksud adalah nama panjangku. Nama pemberian orang tuaku. Orang yg sangat aku cintai.

Rasanya aku ingin sekali bicara banyak, pada mereka yg ”hanya bercanda” menyinggung soal ini. Tapi sudahlah, sepertinya lebih baik menumpahkan semuanya disini. Menghindari konfrontasi.

Iya. Aku tau mereka hanya bcanda. Just for fun. Tapi rasanya tidak untuk ini.

Maaf teman... tapi memang radar sensiku mudah naik kalo sudah masuk dlm hal2 yg berkaitan dengan orang tuaku. Mungkin kalian juga demikian...

Segitu aku sangat menghargai kedua orang tersayang ini, sampai-sampai nama Blog ini pun sebetulnya adalah singkatan nama ayah dan ibuku. Mungkin tak banyak yang tau soal ini. Nusaidaman. Ah... membacanya selalu membawa kedamaian dalam hatiku.

Namaku Nurfadhilah Nurdin. Ada nama Ayah di belakangnya. Bukankah Rasulullah juga menyunnahkan menggunakan nama Ayah di belakang nama kita? Terlebih lagi dengan kondisi saat ini, saat aku tak bisa lagi melihat Ayah untuk sepanjang sisa hidupku selanjutnya.

You should know, satu hal yang bisa kita lakukan untuk mengenang ayah kita, saat kita tak lagi dapat melihatnya, saat kerinduan untuk bertemu dengannya datang menyergap, menusuk, hingga menyesakkan dada, adalah menempatkan namanya di belakang nama kita. Selain mendoakan dia tentunya^_^

Dan jangan pernah mengecilkan pemberian orang tua kita ini, Teman. Ada doa yg tersisip di sana. Ada makna di balik setiap kata dan huruf itu. Dan juga ada makhluk ciptaan Allah yang lain yg harus berkorban saat nama kita itu diresmikan...:p

So, if you ask me what my name is, I’ll answer for sure... ”My name is Nurfadhilah Nurdin. It’s my full name”. *halahhhh*

Rabu, 11 Februari 2009

Berjanjilah...

... dari seorang teman, yang karena keterbatasan daya ingat yg punya blog ini, lupa siapa orangnya...:D
Yang pasti waktu itu tulisan ini dibagikan dalam sebuah Lingkaran, yeah... YKWIM^_^
Tanpa mengurangi rasa hormat pada anonymous, tulisan ini hadir untuk Anda, Semoga dapat memberi manfaat...



BERJANJILAH...

”Dan adapun orang-orang yang takut kepada Tuhannya dan menahan diri dari hawa nafsu, maka surga itulah tempatnya”

Sahabat, dalam kehidupan ini, atau tepatnya dalam menjalani dakwah ini sesekali kita merasa bosan hingga pada suatu titik kita jenuh. Segalanya berjalan begitu saja, tanpa ruh, tanpa makna, tanpa keikhlasan.
Lalu untuk apa kita melakukan segalanya??

Terkadang kita melakukan sesuatu bukan karena memahami apa urgensi dan manfaatnya, tetapi sekedar untuk menggugurkan kewajiban. Ketaatan kita hanya terbatas pada manusia. Selesai menunaikan selesai pula kisahnya. Tidak terasa apa-apa.

Padahal...
Bukankah kita telah memutuskan berada di jalan ini? Ingatkah saat pertama kali kita hijrah? Rasakanlah kembali semangat itu. Saat itu kita merasa sangat ghiroh menjalani semuanya. Lalu detik demi detik kita lalui suka dan duka silih berganti.. sedih, marah, kecewa mulai mengisi hari, bahkan ada saja penyakit yang kerap menyusup ke dalam qalbu.

Suatu hari kita pernah merasa kesal dengan sikap atau perbuatan saudara lalu kita berdiam dengan perasaan itu. Entah di mana cinta dan ukhuwah karena Allah???
Bukankah hanya persatuan yang masih dimiliki oleh umat ini? Jika itu kini hilang, maka apalagi yang kita miliki?

Dear sister and brother
Persoalan tidak berhenti sampai disini. Di hari lain kita dapati nilai yang ”jatuh”. Keluarga tidak memberi dukungan untuk jalan ini, atau kesulitan ekonomi yang datang menghadang. Ujian-ujian itu terkadang mampu melemahkan kekuatan dan keberanian kita untuk tetap bertahan di jalan ini.
Tetapi cobalah untuk bertahan dan bangkit kembali!!
Bukankah Allah berjanji akan memberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka? Rizki Allah itu Maha Luas dan Allah akan menolong hamba-Nya yang menolong agama-Nya.

Sahabatku...
Haruskah kita menjadi barisan baru di jalan ini? Barisan Sakit Hati, relakah kita? Karena dakwah ini akan terus melaju, tetapi boleh jadi kita tidak lagi di dalamnya.
Sesungguhnya apapun yang terjadi pada diri kita, Allah mengetahuinya. Tak pernah sedikitpun luput dari pengawasannya. Mungkin melalui cobaan itu, Allah ingin membentuk kita. Membuat kita lebih kuat, lebih sabar, dan lebih bijak. Karena Allah akan memilih siapa yang memang layak berada di jalan ini, hingga akhirnya di suatu hari nanti Allah berkata:

”Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah pada Tuhanmu dengan hati yang Ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah dalam surga-Ku (Al-Fajr: 27-30)

Saudaraku yang kucintai karena Allah
Berjanjilah...!
Jika suatu hari nanti engkau merasa jenuh di jalan ini, katakanlah! Agar kami dapat menghujanimu taushiyah dengan ayat-ayat yang dapat mengembalikan semangatmu seperti semula.
Jika engkau merasa jalan ini begitu gersang tanpa ukhuwah, katakanlah! Agar kami dapat menyelimutimu dengan cinta yang kami miliki.
Jika engkau merasa tidak mendapat perhatian yang cukup, katakanlah! Agar kami dapat mencurahkan perhatian yang engkau butuhkan.
Jika saat itu diriku yang khilaf, ingatkan aku...
Bukankah kita ingin masuk surga bersama?

Teman...
Apapun yang terjadi di jalan ini...
Berjanjilah satu hal. Kita akan tetap berusaha untuk tetap di jalan-Nya. Jangan pernah berpikir untuk pergi atau lari dari jalan ini.
Karena jika tidak di jalan ini, adakah jalan lain yang lebih indah, lebih bermakna, dan lebih segalanya yang kita rasakan seperti di jalan ini?

Sahabat...
Sepahit apapun, segetir apapun, segersang apapun!!!
Setidaknya kita masih di jalan ini. Itu adalah buah kasih sayangnya untuk kita.
Jangan pernah pergi dari jalan ini.
Berjanjilah...!!!

Uhibbukum Fillah



Tulisan ini juga terdapat di lembar lain buku agenda kuliahku. Membaca dan menuliskannya lagi di sini, tak sadar membawa ingatanku melayang-layang ke beberapa tahun yg lalu.
Yeap. Masa itu memang indah. Indah sekali, teman....

Label:

Selasa, 10 Februari 2009

sePoTong ceriTa

Hari ini, sekaligus awal pekan ini, diawali dengan hujan deras. Bikin tambah malas aja. Uhh, ga tau kenapa, aku gak pernah suka dengan Senin. Awal pekan, dan membayangkan kalo weekend masih 5 hari lagi, eeerghhh....

Tapi gimanapun gak sukanya aku dengan hari ini, sy tetap harus ke kantor. Bukan, bukan karena mo ngeplurk *jjah...* but I must. Ajegile, gw dibayar ma negara buat masup kantor 5 hari seminggu. Culas banget kalo tiap senin aku gak masup dengan alasan ”Maaf pak, sy ga terlalu suka dengan hari ini. Mulai besok saja yah sy masuk”. Kyaaaaa....... apa kata dunia???

And the story goes. Jadilah aku berangkat dengan tambahan aksesoris payung dan jaket. Iyakhh... mudah2an gak ada yg mengira aku ninja dengan penampilan hari ini. Lagian mana ada ninja yg manis dan selalu tersenyum ramah?
*qiqiqiqiq, dilarang protes...!*

Waktu lagi mejeng di pinggir jalan sambil nunggu angkot, hujan yg tadinya rintik-rintik berubah menjadi gerimis (rintik2 ma gerimis beda kan? Gerimis tu sedikit lebih deras. Iya kan? Iya kan? Iya aja dah...).

Duh, sedikit mengeluhkan tetesan air dari payungku sendiri yg mulai menyapa ujung rok dan kaos kakiku. Igh... masi pagi gini masa penampilan dah rusak aja? Semakin merusak mood-ku...

Angkotnya juga gak datang2... Uhh...

Tiba2 dari kejauhan tampak beberapa anak sekolah yg rame-rame naik sepeda. Mmm... mereka berbondong-bondong gituh. Jumlahnya mungkin ada 10-an. Meskipun menggunakan jas hujan, keliatan kalo Sebagian dari mereka berseragam merah putih, dan sebagian yg lainnya, yg lebih besar menggunakan seragam putih biru. Pertanyaannya, apakah merk sepeda mereka?? Hehe gak lah...

Aku tak bisa melepaskan pandanganku dari rombongan anak sekolah itu. Meskipun terlihat terburu-buru mengayuh sepeda, mereka tetap asik bercerita dengan teman-temannya. Sesekali tawa terlihat menyelingi wajah yg mulai basah oleh hujan itu. Satu hal yang aku amati dari anak-anak ini, mereka terlihat begitu semangat berangkat ke sekolah. Mengayuh sepeda di bawah gerimis hujan, berangkat untuk menuntut ilmu, aih... indahnya. Jadi teringat dengan salah satu scene di film Laskar Pelangi. Hmm... sepertinya aku akan menulis di bagian lain ttg film fenomenal ni. What a great movie...

Aku tak melepaskan mataku dari rombongan anak itu, sampai ia menghilang dari pandanganku seiring dengan datangnya angkot. Tak sadar senyuman masih tersisa di sudut bibirku sampai aku duduk di atas angkot itu. Seketika terlupa bahwa menit sebelumnya aku masih sedikit mengeluhkan hujan di pagi ini.

Sampe di kantor, 07.24. Alhamdulillah, gak telat. Iyaa walopun blum pake absen sidik jari, kupikir aku harus biasain diri buat datang cepat. Latihan gituu. Teman-teman yang lain juga belum ada yg datang. Hmm... sepertinya hujan juga menjadi alasan mereka.

Walopun masih belum sepenuhnya menikmati hari ini, -bos belum datang, dan blum bisa membayangkan dikasi kerjaan apa ni hari- setidaknya pemandangan anak2 yg tadi kutemui cukup membawa angin segar di awal pekan. Iyaaa awal yg cukup manis lah.

Dan sampe skarang, waktu nulis ini, segalanya masih aman terkendali. Cyee... gaya. Sepertinya Tuhan ngasih aku alasan kenapa gw ga boleh ga suka dengan hari ini. Toh, so far, hari ini segala urusan dipermudah. Kerjaan ga berat2 amat, cuman disuruh nyocokin data dari kantor Cabang dengan yg dari Unit. 30 menit selese. Selebihnya? You can guess...^_^

Tadi pagi juga udah sempat2in buat nyelesein satu masalah ma teman. Small matter sih kata temanku yg laen, tapi tetap aja ngeganjel. Gak enak aja gituh. Kenal baik2 di media internet ni, mosok masalahnya juga gara2 persoalan dunia maya. Gak asik ah...

Dan kalo dipikir2, aku cukup salut ma diriku sendiri, udah mo merubuhkan bangunan tinggi bernama Ego, wat duluan minta maap. Satu hal yg paling susakh buat aku lakukan kemaren2, kalah ma gengsi gw yg juga segede gunung (lebay mode ON). Meskipun ga masup dalam resolusi taon ini, aku menganggap aku masih harus banyak belajar untuk berbesar hati mengakui kesalahan, and then minta maap. Susakh memang, susakh...

Aku sendiri heran dengan diriku, napa hal ini kadang menjadi sesuatu yg berat banget buat aku lakukan? Mang apa susakhnya minta maap duluan? Seperti selalu ada perang batin dalam hati setiap habis melakukan kesalahan, dan merasa perlu wat minta maap. Ada apa siy ma kamu, La?? *tanya’ma’...*
But I must. Umur dah 23 masup 24, mosok gini aja masih kalah ma Esmosi. Grow up, La! Grow up!! (rock)

Yeap. Itu sepotong cerita hari ini. Cukup menyenangkan bukan? Semoga ini terus berlanjut di hari-hari esok. Sebenarnya ada lagi hal yg luthu, bikin aku jadi setengah matee nahan wat ga ketawa depan kompi. Tapi sepertinya tulisan ini harus disudahi dulu. Bentar lagi dah masuk Ashar. Saatnya memenuhi panggilan Sang Khalik, ccah....

Kesimpulannya, banyak hal yg musti disyukuri, hal-hal kecil yg sering dianggap remeh. Kalo temans semua, apa yg membuat kalian bersyukur hari ini? Tra La La La La.........

Siang menjelang sore @pojok Rensis^_^
Ketika waktu serasa berpihak padaku, hari ini...

Senin, 09 Februari 2009

haRaPan

Wiken kemaren, aku sempet2in buka-buka lagi agenda n buku2 catatan semasa kuliah. Ada banyak jadwal kuliah, asistensi, ngawas, rapat, ngajar privat, etc...
Huaaa really miss the moment...^_^
Masa-masa jadi mahasiswa, ternyata banyak kenangan juga disana.
Dan di antara sekian jadwal yg padat ituw *cailah* aku nemu beberapa tulisan. Ada yg beberapa aku buat sendiri, ada juga tulisan dari teman yg aku tulis di bukuku.
Ternyata benar, kalo orang bilang ”ikatlah ilmu itu dengan menulisnya”. Sungguh, melihat dan membaca lagi tulisan2 itu membawa rasa baru dalam mood-ku. Setidaknya sedikit terlepas dari rutinitas kantor yg kadang bikin gerah, hehe...
Dan di bawah ini salah satu tulisan yg pernah aku buat. Cekidot...

HARAPAN

Seorang anak kecil terlihat sangat tekun membuat gundukan-gundukan kecil dari pasir. Setelah agak banyak, perlahan-lahan ia menyusunnya lebih tinggi lagi. Ia sedang membuat istana pasir rupanya. Walaupun ombak berkali-kali datang dan meruntuhkan bangunan kecilnya, ia tetap sabar menyusunnya kembali. Sesekali ia mengusap peluh di dahinya. Namun tak terlihat sedikitpun kejenuhan di wajahnya yang memerah karena berada di bawah terik matahari.

Perlahan, kakiku melangkah menghampiri anak kecil itu.
”kalo aku berhasil membuat istana ini sampai selesai, mama janji mo ngasih hadiah ke aku” jawabnya optimis saat kutanya mengapa dia begitu asik dengan dunianya.

Harapan. Ya, harapan. Satu kata itu yg dapat kutangkap dari binar mata anak itu saat ia berhasil menyusun satu undak lagi dari ”istananya”. Harapan bahwa istananya akan tegak berdiri. Harapan bahwa ia akan mendapat hadiah dari mamanya.

Seperti itulah manusia menjalani hidup. Penuh dengan harapan. Bukan hal yang sulit bagi Tuhan untuk memberi tahu kita apa yg terjadi di hari esok dan seperti apa akhir hidup kita. Tapi mengapa tidak demikian adanya? Karena Dia memberi kita kesempatan untuk memiliki harapan. Harapan untuk meraih sesuatu yg kita impikan, harapan untuk menjadi lebih baik. Harapan untuk meraih keselamatan dunia akhirat.

Harapan memberi kita energi untuk terus melangkah menjalani hidup walau sesekali ombak kegagalan menghempaskannya. Meski kadang air mata kesedihan memburamkan mimpi kita. Tapi tidak selayaknya kita menjadi manusia yang lemah dan cengeng yang menyerah pada kenyataan pahit, yang pasrah pada keadaan zaman yang semakin pelit menyuplai orang-orang baik. Yang semakin enggan menebar aroma kedermawanan.

Mahasiswa -dengan segala atribut yang melekat padanya- saat turun kejalan menyuarakan aspirasi, pun bukan tanpa harapan. Mereka bersuara dengan harapan akan suatu kondisi bangsa yg lebih baik. Harapan pulalah yg membuat kaum Muslimin rela mengorbankan harta, keluarga, bahkan jiwa raga untuk berjuang di jalan-Nya. Harapan untuk menggapai ridho-Nya, harapan untuk menjumpai surga-Nya. Harapan untuk dapat meniti Sirathal Mustaqin dengan selamat. Itulah letak kekuatan dari setiap harapan yang kita miliki.

Akhirnya, milikilah harapan itu, teman. Jangan biarkan kehidupan ini berjalan tanpa sebuah ruh itu. Sebab tanpanya, kita hanya akan menjadi seonggok jasad yg berkeliaran di muka bumi ini sembari menunggu maut menjemput. Sebaliknya, dengan menggenggam harapan itu, kita akan berusaha untuk menjadi manusia yg kebih baik, manusia yg berarti dengan senantiasa menebar manfaat bagi orang lain.



*tulisan ni pernah dimuat pada rubrik Refleksi di buletinnya ana Elektro. Neo Electrical Media. Tempat aku belajar nulis, n belajar jadi jurnalis. Iyaaa walopun masi amatiran^_^*

Label:

Jumat, 06 Februari 2009

segalanya tetap tersimpan rapih...

Rasanya baru kemarin, ketika engkau mengantarkanku masuk kelas untuk pertama kalinya, menguatkanku, meyakinkanku bahwa aku bisa, ketika aku memandang takut2 pada guru dan teman2ku disana

Rasanya baru kemarin, ketika engkau selalu menanyakan tugas2ku disekolah, membantuku menyelesaikannya, pelajaran apapun itu. Dan semakin meyakinkanku bahwa engkau adalah sosok yg serba bisa. Cerdas... siapapun yg mengenalmu pasti akan mengatakan ini

Rasanya baru kemarin, ketika engkau mencium keningku, membisikkan nasehat bijak, ketika aku beranjak melanjutkan sekolah di tempat lain, terpisah darimu dan ibu. Mengatakan bahwa inilah saatnya aku harus menjadi mandiri, dewasa, untuk meraih masa depanku.

Rasanya baru kemarin, ketika kau terdengar begitu khawatir saat mendengar suaraku yg agak serak, kecapean dengan aktivitas baruku sebagai mahasiswa.

Rasanya baru kemarin kudengar suaramu yg seperti menahan tangis haru, seraya berucap lirih ”sujud syukur, Nak” ketika kukabari bahwa aku telah berhasil menyelesaikan sidang skripsiku. Menandakan purna sudah tugasmu menyekolahkan semua anak2mu.

Rasanya baru kemarin ketika engkau menabahkan hatiku saat rejeki belum berpihak kepadaku, saat kegagalan demi kegagalan menghampiri, ketika kucoba sepenuhnya terlepas dari tanggunganmu. Lagi-lagi meyakinkanku bahwa akan ada rejeki yg disimpan Tuhan, hanya untukku. Tidak akan diambil oleh yang lain. Hanya untukku, karena aku begitu istimewa. ”Tuhan hanya memintamu untuk bersabar, Nak. Hanya itu. Tunggulah... dan tetaplah berdoa”.

Rasanya baru kemarin ketika engkau tak sanggup lagi berkata-kata, saat rejeki yg dijanjikan Tuhan itu kini menghampiri. Engkau hanya mengirim pesan singkat, lagi-lagi berbunyi ”sujud syukur, Nak. Jangan terlena dengan euforia ini. Segera siapkan dirimu. Jangan lupa banyak2 bersyukur untuk semua yg telah diberikan padamu. Ayah akan selalu berharap yg terbaik untuk kamu. Selamat ya, Nak”
Saat kuingin berbagi kebahagiaan itu denganmu, engkau tak menjawab panggilanku. Belakangan kutahu, saat itu engkau telah terlebih dulu luruh di atas sajadah, terisak perlahan, menahan rasa haru yg membuncah.
Ah...

Ayah.... berjuta kata yg terangkai tak akan mampu menceritakan segala memori indah bersamamu. Petuah bijakmu layaknya oase di gurun pasir, memberikan kesegaran. Teduhnya pandangan matamu mampu membuatku menatap masa depan dengan keyakinan bahwa aku bisa. Hanya dengan pandangan itu. Engkau bahkan tak perlu banyak berkata-kata.

Ayah, engkau selalu menjadi yang pertama menjawab kecemasan ku, menghapusnya dan menggantikan nya dengan keyakinan diri yang tak terbendung. Engkau adalah sosok yang tegar, tak gentar digertak dengan kelicikan, kecurangan dan semua keadaan yang memojokkan.
Tak kuragukan cintamu pada anak-anakmu, yg dengan cinta itu kau mampu membawa kami dalam genggaman tanganmu melintasimasa demi masa tawa dan tangis kami. Engkau adalah kebijakan yang terjalin dalam kata, sikap, rasa dan laku yang indah.

Engkau memiliki tangan yang sangat lembut namun juga kuat untuk menopang setiap jiwa yang membutuhkanmu. Seluruh kisah hidupmu tergambarkan dalam setiap kerutan di dahimu. Engkau rela menenggelamkan dirimu pada perjuangan demi kebahagiaan orang lain

Hatimu laksana telaga tenangyang memancarkan aura kebahagiaan setiap yang memandang.

Ayah.. entah berapa bait kata yang harus kutulis untuk menggambarkan sosok yang selaluhebat di mata ku, selalu penuh cinta dalam bingkai kebijaksanaan… Mengingat segala hal tentangmu mampu membuatku tersenyum, bahagia ketika tersadar betapa beruntungnya aku memiliki ayah sepertimu.

Namun kadang rasa rindu ini terasa menghimpit, menyesakkan dada, dan membuatku ingin berteriak sekencang-kencangnya. ”Aku rindu, yah...!!!!! Aku ingin bertemu denganmu...”

Waktu terus berlalu, namun ingatan tentangmu masih tergambar dengan jelas. Segala kenangan tentangmu kan terus ada, tersimpan dengan rapi di salah satu ruang memoriku. Selamanya ia akan ada disana. Dan tulisan yang hadir ini, mungkin akan terus berlanjut. Karena mengingatmu senantiasa memberiku inspirasi untuk merangkai kata-kata ini. Entah, sampai bulan keberapa, tahun keberapa....

Pintaku, semoga aku cukup layak untuk selalu mendoakanmu. Semoga segala kebaikan yg tercatat dariku akan terlimpah jua untukmu. Ameeen....

@Sby, 050209, 12.25 am
*di antara derai air mata, disela2 pandangan yg agak mengabur, mengenang 2 bulan kepergian Ayah tersayang....*

Label:

Selasa, 03 Februari 2009

teTep aja kaYak giTu

Sudah menjadi kebiasaan aku, entah sejak kapan, untuk selalu memperhatikan seseorang yg terlihat aneh di depanku, dengan perhatian yang berlebihan. Mmm... bukan hanya yg aneh sebenarnya, tapi apapun yg menarik indera penglihatanku. Eh... bukan berarti aku tidak gadhul bashar, bukan...

Misalnya, waktu naek angkot ada yg ngobrol di telepon seolah2 dy idup sendirian di dunia ini, padahal ga sampe satu centi di dekatnya ada makhluk idup juga. Suara segede pohon koq diumbar di angkot..

Ato misalnya juga, pas lagi jalan di maLL, ada sepasang muda mudi (cailah... bahasanya) yg jalan di depanku dengan ekspresi menyayangi pasangannya yg menurutku juga lebay. Yeah... I think you know what I mean. Nggak... gw sama sekali gak sirik koq. *sy bisa ngebayangin kalian yg baca ini pasti bakalan bilang gw sirik! Iya kan? Iya kan? Hayooo ngaku!! Hihiy, maksa*

Mo contoh lagi? Ada anak kecil yg sibuk main dengan perempuan yg memakai baju seperti suster di rumah sakit. Iyakhh, baby sitter maybe. Trus?? blum sempat aku berpikir lebih lanjut, sekitar 3 meter dari situ ada ibu2 yg lagi sibuk milih baju and matching2in dengan badannya. Bbeugh... pasti itulah ibunya. Rasanya gak mungkin perempuan yg pake baju suster itu ibunya. Kurang baju ato kurang kerjaan apa, make baju suster ke maLL. Hmm... ada yak ibu yang melewatkan masa2 emas perkembangan anaknya, demi memilih baju yg sedang in saat ini. Trus membiarkan orang lain yg menemaninya. Orang lain yg belum tentu paham bagaimana mendidik anak. Apalagi yang hanya sekedar menjalankan kewajiban kerjaannya. Atau mungkinkah sang ibu juga belum (ato tidak??) mengerti bagaimana mendidik anaknya? Atau justru aku yg belum mengerti, karena aku belum menjadi seorang ibu? Arghhh... pusink....

Dan begitulah, diriku sering secara tidak sadar memandang ke arah sumber tingkah aneh itu dalam waktu yang lama, dan dengan pandangan ”woy, koq bisa2nya kamu melakukan hal bodoh itu?”. istilahnya temanku, menelanjangi lewat mata. Halah...

Dulu, di kampus, kebiasaan ini cukup ampuh membuat yunior yg agak2 calleda, menjadi salah tingkah, ato segera berlalu dari hadapanku. Hahah... *bukan berarti sy senior galak low*

Tapi sekarang, di kota yg katanya terbesar kedua setelah Jakarta, dimana hidup orang2 udah cenderung invidualis. Pandangan seperti ini malah membuat mereka heran, dan malah balik melihat ke arahku dengan pandangan ”ngapain Lo liat2 ke gw?? Mang gw ada utang?”

Aku udah sering diingatkan soal kebiasaan yg gak bisa dibilang baik ini. Pelan-pelan, sedikit di-rem lah, *mobil kapang*
Tapi tetap aja kayak gitu. Pusing kan? Sy aja pusing, palagi kalian yg membaca tulisan ini...


*tulisan yg hadir di suatu malam, sekedar melepas penat abis keujanan pas pulang kantor tadi*


Senin, 02 Februari 2009

peLanggan aneH

Beberapa hari yang lalu ibu nelpon. Cerita2 gitu. Yaa paling seputar kegiatannya hari ini, seharian ngapain aja. Oia, dy ngabarin kalo si aLLi, kakaku yg dijakarta (yang aku ceritain sebelumnya) katanya udah mengusulkan nama buat dipindahin ke makasar. Trus kakaku yg dikendari Insya Allah per 1 januari 2010 udah bisa pindah ke makasar.
Iyakh... kalo aku gak ikutan pindah ke makasar, brarti gw sendiri donk yang tinggal paling jauh??? Mereka udah pada ngumpul di makasar. Wadoh, mengingat ini gw jadi panik sendiri. Memang siy beberapa hari terakhir ini, gw selalu berpikir tentang penempatanku. Mudah2an di Makasar ya Allah. Buat teman2 yang membaca tulisan ini, plizzz doain yak mudah2an bener dapat penempatan makasar. Pliiiizzz...

Biarpun kata banyak orang dapat penempatan di Jawa tuh kayak nemu emas. Gimana gak, industri di sana sini. Banyak sumber penghasilan, secara tarif industri tuh gak sama dengan tarif biasa. Trus banyak sumber daya buat dijadiin pembangkit. Jadi bisa dibilang kecil banget kemungkinan untuk dapat pemadaman bergilir. Beda dengan di luar Jawa. Hhh....

Talkin bout industri, tadi aku ikut rapat dengan calon pelanggan baru yang minta penambahan daya atau penyambungan baru. Dengan kondisi kantor yg sedang dalam krisis energi, proses penambahan daya harus melalui persetujuan kantor Wilayah, palagi yang dayanya besar. Dan aku disuruh mengikuti rapat itu. Yo wis...

Yang bikin kaget, ada salah satu dari 5 pelanggan hari itu yg ternyata usahanya adalah cafe dan sejenisnya. Yeah... diskotik, karaoke, restoran, dan semacamnya. Semuanya berada dalam satu gedung itu. Dia mengatakan entertainment life lah. *mana lagi dy menjelaskan itu sambil tertawa terbahak-bahak. giLa!! Apa yang lucu? untungnya gak ada yg merespon balik ucapan garing itu*
Tiba-tiba aku jadi bergidik melihat pelanggan itu. Hiyyy... membayangkan apa saja yg terjadi di dalam gedung itu. Naudzu biLLah min Dzalik...
Saat itu juga, aku langsung memanjatkan doa dalam hati, mudah2an pak Sugeng, yang menentukan keputusan pada rapat itu, tidak meluluskan permintaan pelanggan yang satu ini.

Pembicaraan makin alot, karena pelanggan ni hanya beroperasi di waktu malam, sedangkan kami tidak mengijinkan memakai saat malam, mengingat beban puncak 16000 MW harus tetap dikendalikan. Kecuali jika mereka bersedia membayar 2 kali lipat tarif di luar beban puncak. Aku sendiri sudah tidak terlalu memperhatikan alur pembicaraan yg ada, sibuk dengan doaku sendiri...

”Diskusi” itu berakhir, dengan keputusan penyambungan belum bisa dilakukan, sampai pihak pelanggan tu bersedia menyepakati aturan yg ada. Tapi yang pasti kami –tepatnya pak Sugeng- tidak akan menurunkan tarif yg kami ajukan. Terserakh dia mau menerima ato tidak. Alhamdulillah....

Saat pelanggan sudah pulang, dan tinggal hanya kami –pihak kantor- yang berada diruangan itu, iseng2 sy bertanya pada pak Sugeng ”pak, gimana nanti kalo misalnya mereka akhirnya sepakat dengan tarif ini? Kira2 disambungkan gak pak?” Pak Sugeng menjawab ”Mestinya begitu. Tapi sy berharap gak usah deh. Biar diskotiknya ga usah buka. Bisa2 kita kena imbas dosanya”. Refleks sy menyambar ”sepakat, Pak!”

Hmm... mungkin pelanggan itu suatu saat akan terpaksa menyepakati aturan ini, dan kembali menghadap buat permintaan penyambungan. Kemungkinan itu ada, mengingat kantor ini masih satu2nya penyuplai listrik di negara ini. Aku cuman berharap, saat akhirnya mereka sepakat, dan akan dilakukan penyambungan, setidaknya aku tidak berada dalam forum itu. Yeah, sekedar meminimalisir dosa mungkin.
Astaghfirullah,,, ampuni hamba-Mu yang dhaif ini Ya Allah. Tetapkan aku dalam naungan ridha-Mu. Jangan sesatkan aku pada lingkaran syubhat ini...T_T