NUSAIDAMAN

Selamat Datang, Teman... Terima Kasih sudah berkunjung...

Senin, 23 Februari 2009

MEMAKNAI KEGAGALAN

Dering sms sejenak menghentikan aktivitasku

”Gimana kabar de? Lama ndak ada kabar dari Surabaya ini...”

Sender:
+62813435XXXXX


Hmm... dari sodara sepupu di Makasar. Aku memutuskan menelpon dy saja, dan sedikit penggalan percakapan yg membuatku ingin menulis...


Sepupu : Pusingka ini de, ndak lulus lagi di Pariwisata. Yang kemarin Keuangan juga namaku tidak ada. Padahal sisa dua ini yg kutunggu


iLLa : Adaji nanti itu. Yang sabar saja kak...

Sepupu : Dehh... gampang memang ngomong kalo adami kerjata’ di’

iLLa : ih, nda gitu. Saya juga pernahji rasakan ksian, nda lulus dimana-mana.

Sepupu : De, ajari dulu doanya e... waktu mendaftar kerjaki (wakz...:p)

iLLa : *sambil ketawa2* Apa yak?? kyknya sama koq dengan doa pencari kerja yg laen...

Sepupu : Yaaa minimal supaya nda terus2an gagal kayak saya....

iLLa : ............................... *napa musti takut gagal siy??* (doh)


Hhh.... Kegagalan. Sebuah nyanyian kehidupan yang telah berulang menyapaku.

Gagal masuk STAN selama 3 tahun berturut-turut, padahal betapa orang tua sangat mengharapkan itu, menyusul kakakku yg telah lebih dulu di sana.

Gagal mempersembahkan gelar Sarjana Teknik akhir 2006, kembali memupuskan harapan orang tua melihatku mendaftar PNS awal 2007 silam. Gelar itu bahkan baru teraih 9 bulan kemudian, dengan langkah tertatih, dengan sisa-sisa semangat yg ada. Sangaaaat jauh dari target.

Tak terhitung lamaran kerja yg bertumpuk di perusahaan, instansi, ato apalah... menunggu ajal untuk ditimbang dan dijual kiloan.

Namun adakah semua itu perlu ditangisi dan disesali kehadirannya?
Ataukah justru mencari dan menghalalkan segala cara untuk menghindarinya?
Tidak, teman. Tidak perlu. Everything comes for a reason, even though we are not wise enough to face it.

Tuhan memiliki banyak cara untuk mentarbiyah hamba-Nya.
Termasuk dengan hempasan kegagalan yg mungkin menyakitkan.
Yang mungkin akan memburamkan mimpi-mimpi kita.
Yang mungkin akan mengikis optimisme kita dan perlahan membuat jiwa kita menjadi kerdil, karena merasa semuanya memang tidak layak untuk kita.

Tapi percayalah, teman. Selalu ada rencana indah dari Tuhan untuk kita.
Tak perlu mencari tahunya sekarang, karena ia akan datang di waktu yg tepat.
Di saat di mana Tuhan mengirimnya dengan paket keridhoan-Nya
Dan adakah yg lebih indah selain Ridho-Nya di tiap jejak langkah kita?

Seorang filsuf mengatakan Hidup adalah Pilihan.
Sangat tepat, karena di sepanjang hidup kita akan selalu dihadapkan pada pilihan- pilihan yg harus diputuskan, cepat atau lambat.
Memaknai kegagalan, pun adalah sebuah pilihan, teman.
Dan seperti apa kita memaknainya, kembali lagi pilihan disodorkan, ingin melihatnya sebagai batu loncatan menuju kesuksesan yg lebih besar, atau memandang sinis pada kegagalan itu, atau menilainya sebagai momok yg amat sangat mengerikan?
Pilihannya ada pada Anda...
Selamat memilih..!!!^_^


Label:

Rabu, 11 Februari 2009

Berjanjilah...

... dari seorang teman, yang karena keterbatasan daya ingat yg punya blog ini, lupa siapa orangnya...:D
Yang pasti waktu itu tulisan ini dibagikan dalam sebuah Lingkaran, yeah... YKWIM^_^
Tanpa mengurangi rasa hormat pada anonymous, tulisan ini hadir untuk Anda, Semoga dapat memberi manfaat...



BERJANJILAH...

”Dan adapun orang-orang yang takut kepada Tuhannya dan menahan diri dari hawa nafsu, maka surga itulah tempatnya”

Sahabat, dalam kehidupan ini, atau tepatnya dalam menjalani dakwah ini sesekali kita merasa bosan hingga pada suatu titik kita jenuh. Segalanya berjalan begitu saja, tanpa ruh, tanpa makna, tanpa keikhlasan.
Lalu untuk apa kita melakukan segalanya??

Terkadang kita melakukan sesuatu bukan karena memahami apa urgensi dan manfaatnya, tetapi sekedar untuk menggugurkan kewajiban. Ketaatan kita hanya terbatas pada manusia. Selesai menunaikan selesai pula kisahnya. Tidak terasa apa-apa.

Padahal...
Bukankah kita telah memutuskan berada di jalan ini? Ingatkah saat pertama kali kita hijrah? Rasakanlah kembali semangat itu. Saat itu kita merasa sangat ghiroh menjalani semuanya. Lalu detik demi detik kita lalui suka dan duka silih berganti.. sedih, marah, kecewa mulai mengisi hari, bahkan ada saja penyakit yang kerap menyusup ke dalam qalbu.

Suatu hari kita pernah merasa kesal dengan sikap atau perbuatan saudara lalu kita berdiam dengan perasaan itu. Entah di mana cinta dan ukhuwah karena Allah???
Bukankah hanya persatuan yang masih dimiliki oleh umat ini? Jika itu kini hilang, maka apalagi yang kita miliki?

Dear sister and brother
Persoalan tidak berhenti sampai disini. Di hari lain kita dapati nilai yang ”jatuh”. Keluarga tidak memberi dukungan untuk jalan ini, atau kesulitan ekonomi yang datang menghadang. Ujian-ujian itu terkadang mampu melemahkan kekuatan dan keberanian kita untuk tetap bertahan di jalan ini.
Tetapi cobalah untuk bertahan dan bangkit kembali!!
Bukankah Allah berjanji akan memberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka? Rizki Allah itu Maha Luas dan Allah akan menolong hamba-Nya yang menolong agama-Nya.

Sahabatku...
Haruskah kita menjadi barisan baru di jalan ini? Barisan Sakit Hati, relakah kita? Karena dakwah ini akan terus melaju, tetapi boleh jadi kita tidak lagi di dalamnya.
Sesungguhnya apapun yang terjadi pada diri kita, Allah mengetahuinya. Tak pernah sedikitpun luput dari pengawasannya. Mungkin melalui cobaan itu, Allah ingin membentuk kita. Membuat kita lebih kuat, lebih sabar, dan lebih bijak. Karena Allah akan memilih siapa yang memang layak berada di jalan ini, hingga akhirnya di suatu hari nanti Allah berkata:

”Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah pada Tuhanmu dengan hati yang Ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah dalam surga-Ku (Al-Fajr: 27-30)

Saudaraku yang kucintai karena Allah
Berjanjilah...!
Jika suatu hari nanti engkau merasa jenuh di jalan ini, katakanlah! Agar kami dapat menghujanimu taushiyah dengan ayat-ayat yang dapat mengembalikan semangatmu seperti semula.
Jika engkau merasa jalan ini begitu gersang tanpa ukhuwah, katakanlah! Agar kami dapat menyelimutimu dengan cinta yang kami miliki.
Jika engkau merasa tidak mendapat perhatian yang cukup, katakanlah! Agar kami dapat mencurahkan perhatian yang engkau butuhkan.
Jika saat itu diriku yang khilaf, ingatkan aku...
Bukankah kita ingin masuk surga bersama?

Teman...
Apapun yang terjadi di jalan ini...
Berjanjilah satu hal. Kita akan tetap berusaha untuk tetap di jalan-Nya. Jangan pernah berpikir untuk pergi atau lari dari jalan ini.
Karena jika tidak di jalan ini, adakah jalan lain yang lebih indah, lebih bermakna, dan lebih segalanya yang kita rasakan seperti di jalan ini?

Sahabat...
Sepahit apapun, segetir apapun, segersang apapun!!!
Setidaknya kita masih di jalan ini. Itu adalah buah kasih sayangnya untuk kita.
Jangan pernah pergi dari jalan ini.
Berjanjilah...!!!

Uhibbukum Fillah



Tulisan ini juga terdapat di lembar lain buku agenda kuliahku. Membaca dan menuliskannya lagi di sini, tak sadar membawa ingatanku melayang-layang ke beberapa tahun yg lalu.
Yeap. Masa itu memang indah. Indah sekali, teman....

Label:

Senin, 09 Februari 2009

haRaPan

Wiken kemaren, aku sempet2in buka-buka lagi agenda n buku2 catatan semasa kuliah. Ada banyak jadwal kuliah, asistensi, ngawas, rapat, ngajar privat, etc...
Huaaa really miss the moment...^_^
Masa-masa jadi mahasiswa, ternyata banyak kenangan juga disana.
Dan di antara sekian jadwal yg padat ituw *cailah* aku nemu beberapa tulisan. Ada yg beberapa aku buat sendiri, ada juga tulisan dari teman yg aku tulis di bukuku.
Ternyata benar, kalo orang bilang ”ikatlah ilmu itu dengan menulisnya”. Sungguh, melihat dan membaca lagi tulisan2 itu membawa rasa baru dalam mood-ku. Setidaknya sedikit terlepas dari rutinitas kantor yg kadang bikin gerah, hehe...
Dan di bawah ini salah satu tulisan yg pernah aku buat. Cekidot...

HARAPAN

Seorang anak kecil terlihat sangat tekun membuat gundukan-gundukan kecil dari pasir. Setelah agak banyak, perlahan-lahan ia menyusunnya lebih tinggi lagi. Ia sedang membuat istana pasir rupanya. Walaupun ombak berkali-kali datang dan meruntuhkan bangunan kecilnya, ia tetap sabar menyusunnya kembali. Sesekali ia mengusap peluh di dahinya. Namun tak terlihat sedikitpun kejenuhan di wajahnya yang memerah karena berada di bawah terik matahari.

Perlahan, kakiku melangkah menghampiri anak kecil itu.
”kalo aku berhasil membuat istana ini sampai selesai, mama janji mo ngasih hadiah ke aku” jawabnya optimis saat kutanya mengapa dia begitu asik dengan dunianya.

Harapan. Ya, harapan. Satu kata itu yg dapat kutangkap dari binar mata anak itu saat ia berhasil menyusun satu undak lagi dari ”istananya”. Harapan bahwa istananya akan tegak berdiri. Harapan bahwa ia akan mendapat hadiah dari mamanya.

Seperti itulah manusia menjalani hidup. Penuh dengan harapan. Bukan hal yang sulit bagi Tuhan untuk memberi tahu kita apa yg terjadi di hari esok dan seperti apa akhir hidup kita. Tapi mengapa tidak demikian adanya? Karena Dia memberi kita kesempatan untuk memiliki harapan. Harapan untuk meraih sesuatu yg kita impikan, harapan untuk menjadi lebih baik. Harapan untuk meraih keselamatan dunia akhirat.

Harapan memberi kita energi untuk terus melangkah menjalani hidup walau sesekali ombak kegagalan menghempaskannya. Meski kadang air mata kesedihan memburamkan mimpi kita. Tapi tidak selayaknya kita menjadi manusia yang lemah dan cengeng yang menyerah pada kenyataan pahit, yang pasrah pada keadaan zaman yang semakin pelit menyuplai orang-orang baik. Yang semakin enggan menebar aroma kedermawanan.

Mahasiswa -dengan segala atribut yang melekat padanya- saat turun kejalan menyuarakan aspirasi, pun bukan tanpa harapan. Mereka bersuara dengan harapan akan suatu kondisi bangsa yg lebih baik. Harapan pulalah yg membuat kaum Muslimin rela mengorbankan harta, keluarga, bahkan jiwa raga untuk berjuang di jalan-Nya. Harapan untuk menggapai ridho-Nya, harapan untuk menjumpai surga-Nya. Harapan untuk dapat meniti Sirathal Mustaqin dengan selamat. Itulah letak kekuatan dari setiap harapan yang kita miliki.

Akhirnya, milikilah harapan itu, teman. Jangan biarkan kehidupan ini berjalan tanpa sebuah ruh itu. Sebab tanpanya, kita hanya akan menjadi seonggok jasad yg berkeliaran di muka bumi ini sembari menunggu maut menjemput. Sebaliknya, dengan menggenggam harapan itu, kita akan berusaha untuk menjadi manusia yg kebih baik, manusia yg berarti dengan senantiasa menebar manfaat bagi orang lain.



*tulisan ni pernah dimuat pada rubrik Refleksi di buletinnya ana Elektro. Neo Electrical Media. Tempat aku belajar nulis, n belajar jadi jurnalis. Iyaaa walopun masi amatiran^_^*

Label: