KEMANA HATIMU MENGHENDAKI
Tertuliskan coretan ini untukmu. Tapi entahlah, sepertinya tak akan pernah kau baca. Apa karena aku yang tak pernah mau menyampaikannya untukmu, ataukah kau yang terlalu sibuk untuk singgah sejenak disini.
Kubuka lagi semua surat surat elektronik yg pernah ada. Ada kau disana. Kubaca lagi. Ya, kubaca lagi. Hanya itu yg mampu aku lakukan. Bermain dengan segala coretanku dan coretanmu. Apa aku yang sudah terlalu angkuh untuk mencarimu? Terlalu tinggikah benteng yg bernama gengsi itu, hingga mampu menghalangiku untuk menengokmu? Kurasa tidak. Semesta tau, bagaimana aku berusaha menyusuri jejakmu, meluruhkan semua ego yg aku miliki, untuk jujur mengakui bahwa aku masih disini. Bahkan ketika kau memutuskan untuk beranjak.
Kadang kutemukan diriku terlihat begitu bodoh, melakukan semua ini. Namun pembenaran itu selalu hadir lebih kuat, mengalahkan logika dan kenyataan bahwa kau tak disini lagi.
Mungkin, sesekali aku mampu melangkah. Sejenak melupakanmu. Tapi ketahuilah, itu tak bertahan lama. Kau selalu hadir dipikirku. Bahkan beberapa kali aku melihatmu di mimpiku. Entahlah, apa itu betul dirimu atau hanyalah bayangan tak jelas, karena menjelang tidur pun kau masih bersemayam di otakku. Namun saat ku terbangun, teringat dengan jelas, bahwa aku memimpikanmu, dan sedikit kecewa ketika menyadari bahwa ini semua hanya mimpi.
Samar kubaca langkahmu. Kemana kau menyeret kakimu untuk menemukan apa yang kau cari. Tapi mengapa tak jua kau menoleh sejenak? Aku mengkhawatirkanmu. Sungguh. Mengapa kau tak pernah mampu merasakannya?
Baiklah. Berjalanlah terus. Kemana hatimu menghendaki. Doaku akan selalu mengalir untukmu, seperti pintamu saat itu. Dan Begitupun aku. Kita melangkah masing-masing. Kelak, jika suatu saat aku menemukanmu, atau kau yang menemukanku di antara langkahmu, maka itulah Takdir-Nya.
Kubuka lagi semua surat surat elektronik yg pernah ada. Ada kau disana. Kubaca lagi. Ya, kubaca lagi. Hanya itu yg mampu aku lakukan. Bermain dengan segala coretanku dan coretanmu. Apa aku yang sudah terlalu angkuh untuk mencarimu? Terlalu tinggikah benteng yg bernama gengsi itu, hingga mampu menghalangiku untuk menengokmu? Kurasa tidak. Semesta tau, bagaimana aku berusaha menyusuri jejakmu, meluruhkan semua ego yg aku miliki, untuk jujur mengakui bahwa aku masih disini. Bahkan ketika kau memutuskan untuk beranjak.
Kadang kutemukan diriku terlihat begitu bodoh, melakukan semua ini. Namun pembenaran itu selalu hadir lebih kuat, mengalahkan logika dan kenyataan bahwa kau tak disini lagi.
Mungkin, sesekali aku mampu melangkah. Sejenak melupakanmu. Tapi ketahuilah, itu tak bertahan lama. Kau selalu hadir dipikirku. Bahkan beberapa kali aku melihatmu di mimpiku. Entahlah, apa itu betul dirimu atau hanyalah bayangan tak jelas, karena menjelang tidur pun kau masih bersemayam di otakku. Namun saat ku terbangun, teringat dengan jelas, bahwa aku memimpikanmu, dan sedikit kecewa ketika menyadari bahwa ini semua hanya mimpi.
Samar kubaca langkahmu. Kemana kau menyeret kakimu untuk menemukan apa yang kau cari. Tapi mengapa tak jua kau menoleh sejenak? Aku mengkhawatirkanmu. Sungguh. Mengapa kau tak pernah mampu merasakannya?
Baiklah. Berjalanlah terus. Kemana hatimu menghendaki. Doaku akan selalu mengalir untukmu, seperti pintamu saat itu. Dan Begitupun aku. Kita melangkah masing-masing. Kelak, jika suatu saat aku menemukanmu, atau kau yang menemukanku di antara langkahmu, maka itulah Takdir-Nya.
4 Komentar:
Pada Jumat, Juli 24, 2009 9:04:00 PM ,
Andhika mengatakan...
wow...
curcol detected...
:))
Pada Rabu, Juli 29, 2009 10:46:00 AM ,
NURFADHILAH NURDIN mengatakan...
hyaahhh... begitulah muncin (blush) wkwkwkw
Pada Kamis, Juli 30, 2009 10:20:00 AM ,
Anonim mengatakan...
Semoga tersangka singgah sejenak untuk membacanya.
Pada Rabu, Agustus 05, 2009 6:41:00 PM ,
Anonim mengatakan...
@Anonim
baiknya tidak usah...:)
:mewakilipenulis:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda