NUSAIDAMAN

Selamat Datang, Teman... Terima Kasih sudah berkunjung...

Selasa, 30 Juni 2009

DATANG DAN PERGI

30 Juni......
Waa... ini sudah tanggal 30 yak? Wew, sudah akhir bulan lagi ternyata. Padahal masi ingat awal bulan ini adalah my Day. Hmmm....
Akhir bulan Mei lalu saya membuat tulisan dengan me-review teman2 yg berulang taon di bulan itu. Kalo sekarang nulis dengan tema yg sama, koq rasanya tidak kreatif yak?
Tapi saya ingin menulis. Saat ini. Melepas kepergian Juni, dan menyambut kedatangan Juli. Tapi apa temanya? Saya pun tidak tau. Saya Cuma rindu menulis. Merangkai kata2 menjadi lebih bermakna. Kemarin sudah ditegur sama salah seorang teman...
”Kenapa ndak ada tulisan barunya? Apaji...”
Iya. Memang tidak ada. Liat2 blog dan notes di FB, postingan terakhir sudah lewat sepekan. Huhh...
Lagi-lagi teringat dengan quote dari Pramoedya Ananta Toer..

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, Ia akan hilang di dalam masyarakat & dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian

Sungguh sebuah statement yg mencerahkan. Walaupun Jujur, niat saya menulis tidak (atau belum?) setinggi itu. Saya Cuma ingin merekam setiap yg saya lihat, saya alami, saya dapatkan dari universitas kehidupan ini. Sederhana kan? Iya, saya memang orangnya sederhana, xixixi

30 minutes later.......
Lagi lagi no inspiration. Dunno what to say. Yang ada saya malah membuka2 lagi tulisan2ku yang dulu, walking2 di blog dan notes orang, komen sana sini, wakz...
Satu yang saya amati dari tulisan2 yg saya baca. Jika memang tulisan itu murni tulisan seseorang, (maksud saya bukan artikel atau postingan dari orang lain) maka sesungguhnya di tulisannya itu tergambar emosi dari sang penulis. Jika ia sedang gembira, lagi sedih, suntuk. Ada juga saat seseorang itu lagi full of inspiration. Seolah2 tulisannya itu tidak cukup untuk menampung ide yg ada di kepalanya. Begitu meledak ledak. (ini menurut pengamatan saya low)

Begitu pun dengan tulisan saya yg dulu2. Ada tulisan ketika sy sedang sedih (ih,bombay), ketika lagi happy2nya, saat perasaan sy dipenuhi oleh rasa syukur pada-Nya, macem2 deh.
Padahal, orang bijak mengatakan ”Tulislah kesedihanmu diatas air, agar ombak mampu menghilangkan jejaknya. Dan tulislah kebahagiaanmu di atas batu, agar ia tetap bertahan”

Tapi kenapa sy justru mengurai kesedihan saya di tulisan2ku yg dulu? Pemikiran saya begini. Sorrow n happiness is not forever. Kesedihan itu tidak akan selamanya. Akan selalu ada kebahagiaan lain yg menjemput kita. Dan lagipula, ada sangat banyak ibroh yang bisa kita ambil dari setiap kombinasi rasa yg menghampiri kita, termasuk ketika kita sedang bersedih. Tidak sia-sia Tuhan menimpakan sesuatu pada hamba-Nya. Bisa saja kesedihan itu nantinya akan membuat kita lebih dewasa, lebih bijak menjalani hidup. Klise mungkin, tapi itulah.

Saya teringat, dulu, beberapa kali saya menangis gegara dimarahi oleh Ayah saya karena kesalahan yang saya lakukan. Saya sedih, kenapa Ayah memarahi saya. Apa dia tidak menyayangi saya?
Seiring berjalannya waktu (jjah, bahasanya) pelan2 Ayah memahamkan saya.
”Kalo kamu kadang sedih karena merasa dimarahi, sebetulnya Bapak tidak pernah betul2 marah. Justru itulah bentuk sayangnya orang tua sama anaknya. Diingatkan ketika ia berbuat salah. Kalau pun caranya yg agak keras, supaya itu tertanam dalam hatimu, bahwa yang kamu lakukan itu kurang benar. Justru kalo Bapak tidak mengingatkan kamu, Bapak sudah tidak peduli lagi sama kamu. Terserah kamu mau berbuat apa saja. Mau salah ato gimana, terserah. Tapi itu tidak Bapak lakukan. Selain karena Bapak sayang sama kamu, juga karena kamu itu adalah amanah buat Bapak sama Mama”
Waktu itu saya terdiam, belum sepenuhnya bisa menerima.
”Kalo kamu masih belum paham apa maksud Bapak, tidak apa-apa. Kelak kamu pasti akan mengerti”

Saat ini, semuanya baru terasa semakin jelas. Semua cobaan dan ujian, serta kesedihan yang menyertainya bisa saja dihadirkan Tuhan dalam hidup kita karena bentuk rasa sayangnya. Mungkin ada suatu kesalahan yang kita lakukan, dan Dia merasa perlu untuk mengingatkan kita. Sakit mungkin, tapi sekali lagi, it’s not forever.

Jadi, saya memilih untuk menuliskannya Insya Allah bukan untuk mengikat kesedihan itu, tapi... apa ya? Mmm... begini saja. Membacanya lagi di waktu2 lain mungkin bisa menghadirkan senyum, dan berucap dalam hati ”ternyata sy pernah dibuat sedih gegara hal macam ini” xixixixi...

Hmm... Juni. Menghadirkan banyak cerita dan beragam warna. Mungkin sama saja dengan bulan2 sebelumnya, tapi karena Juni ini masih tersisa beberapa jam lagi, maka semuanya masih tergambar jelas.
Kalo ingat bahwa saya merayakan my special Day di awal bulan ini, rasanya tidak ingin bulan ini berlalu. Saya pernah merasa sangat bahagia disitu. Namun jika mengingat kesedihan yg menyusul setelahnya, gimana ya??? :soksokmikir:

Aih, ada baiknya tulisan ini diselesaikan saja, daripada ngelindur kemana2...

Oia, kalo ada yg bertanya kenapa judul postingan ini seperti itu, simple saja. Yang datang itu adalah bulan Juli, dan yang pergi adalah Juni. Sederhana. Tidak usah mikir terlalu luas, kawan. Wakwakwak...:))

Sampai jumpa di bulan Juli, temans. See you around...;)

5 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda