NUSAIDAMAN

Selamat Datang, Teman... Terima Kasih sudah berkunjung...

Senin, 27 Juli 2009

LET IT FLOW. ALL YOU NEED IS TRUST

Kejadiannya sudah hampir setahun yang lalu. Ketika diklat di Bogor akan selesai, dan kami diberi waktu 6 hari untuk kembali ke rumah, sebelum berangkat ke tempat OJT masing2.
Tiket sudah dibeli sejak 2 pekan sebelumnya, dan ditiket itu tertulis tiba di Makasar kurang lebih pukul 9 malam. Wew... walopun agak keder juga nyampe malam di Makasar, ya tidak papa-lah. Kan bulan puasa ini (waktu itu memang bertepatan dengan hari kedua Ramadhan 1429 H) Insya Allah aman, hehe.
Tapi beberapa saat menjelang hari H, tiba2 ada pemberitahuan bahwa jadwal keberangkatan ditunda, dan perkiraan sampai di Makasar antara pukul 12 ato 1 malam. Widiw.....

Pusing, Bingung mw kemana, siapa yg akan menjemputku di Bandara. Sangat susakh untuk meminta orang rumah untuk menjemputku saat itu, karena pertimbangan bulan puasa, dan mereka juga banyak kerjaan lain di Sinjai. Yang lebih pusing lagi saat itu Ayah, saat itu beliau masih sehat. Beliau sudah memintaku untuk minta tebengan sama temanku yg kira2 dijemput mobil sama keluarganya, yang langsung kutolak saat itu juga. Atas nama pakasiri-siri dan mmm... a little bit ’g****i’, xixixixi...
Usulku untuk naik taksi sendiri dari bandara ke rumah keluargaku juga langsung diserbu dengan serentetan kata2 mutiara ”tenga benni elo mangoto calalena, ededehhh... ana’ darao itu ndo’...” [tengah malem mo naek taksi sendiri, kamu itu anak gadis..]
Iya sih, agak mengerikan juga, tapi mw bagemana lagee????
Setelah percakapan yg cukup alot dengan Ayah dan Ibu, akhirnya saat itu saya cuman bilang ”nantipi diliat”. Ayah tetap memaksa untuk cari tebengan, dan saya tetap kekeuh untuk tidak mau. Betapa pembangkangnya saya yak, huhuhuhh... Ibu saat itu hanya bisa melerai, dan agak ’sepakat’ denganku, dengan mengatakan ”iya, kufiro matu’ diitai, de’to itu” [liat nanti saja, tidak akan terjadi apa-apa] Dalam beberapa hal Ibu memang lebih tenang menghadapi sesuatu.

Tiba2 keesokan harinya, Ayah dapat telpon dari kantornya untuk menghadiri Rapat di Makasar, tepat di hari kedatanganku dari Bogor. And you can guess... masalah siapa yg akan menjemputku di Bandara terselesaikan dengan sendirinya. Ayah langsung yg menjemputku, dengan menyewa mobil hotel tempatnya menginap, sekaligus mengajakku ikut menginap di hotel itu. Saat mendengar kabar bahwa Ayah akan ke Makasar karena alasan Dinas, Ibu langsung bilang ”ha, liatmi. Adaji pasti jalannya itu. Makanya, nda usahmi terlalu memusingkan sesuatu yg belum terjadi. Ada tonji nanti jalannya itu”

Tiba2 saat ini saya teringat sama cerita itu. Tiba2 saya jadi berpikir lagi, sebenarnya bisa terpetik ibroh dari potongan kejadian itu. Bahwa kadang kita harus betul2 pasrah pada setiap yg menimpa kita. Bahwa kadang masalah itu dapat menemukan solusinya sendiri. Tanpa perlu bersusah2 menguras energi untuk memikirkannya, sesungguhnya di saat yang bersamaan Tuhan sedang memikirkan solusi terbaik untuk setiap masalah yg kita hadapi. Ketika kita merasa sudah all out dalam menempuh segala macam ikhtiar untuk menyelesaikan masalah kita, saat itulah diperlukan kepasrahan, atau mungkin lebih tepat menamainya Tawakkal. Ya. Hanya itu yg bisa kita lakukan. Apa lagi? Kita tidak mempunyai kuasa apa pun untuk menentukan seperti apa akhir dari masalah kita. Dan kadang pula, semakin kita memaksakan kehendak pada setiap yg menimpa kita, semakin kita merasa sesak ketika sesuatu yg diharapkan tidak menjadi nyata.

Baru-baru ini saya kembali membuktikan hal itu. Oke, lagi2 ini tentang serba serbi dunia OJT.
Jadi begini, kontrak On Job Training kami berakhir tanggal 19 Juni. Semestinya, SK kami pun terbit tepat setelah kontrak OJT berakhir. Tapi nyatanya tidak. Saat itu, tanggal 19 Juni itu, belum ada tanda2 akan dikirimnya SK ke masing2 siswa OJT. Walopun berita di kantor Pusat mulai simpang siur, tapi tidak pernah betul2 ada kejelasan.
Teman2 yang lain sudah mulai ribut membicarakannya. Beberapa memasangnya di status FB.
”Invisible”
”No status. OJT bukan pegawe bukan”
”Antara ada dan tiada”
Sementara saya, terpikir pun tidak. Sama sekali saya tidak mempermasalahkan kapan SK itu akan datang. Mau sekarang, 1 bulan kedepan, 2 bulan kedepan, gak masalah. Toh, cepat ato lambat pasti akan datang juga. Dan tidak ada bedanya kan? Kalo cepat ya syukur, kalo tidak ya rapelannya lebih banyak, hohohoh....B-)

Sampai tanggal 17 Juli kemaren, dalam perjalanan ke kantor, tiba2 saya dihubungi via handphone untuk segera ke lapangan upacara, untuk persiapan acara penyerahan SK pengangkatan di upacara nanti. Wew... saya baru tau saat itu juga kalo ternyata SK itu sudah ada, dan akan diserahkan langsung oleh Bapak General Manager. Sungguh, ini unpredictable.

**************************
*******************************************

Saya hanya berusaha menghubung2kan, bahwa dari 2 potongan kisah diatas, intinya semua bercerita tentang kepasrahan, dan sikap membiarkan-segala-yang-ter
baik-menurutNya-terjadi.
Lihatlah. Bahwa sesuatu yang terlalu dipaksakan biasanya malah susakh untuk terjadi.
Sebaliknya, ketika sesuatu dibiarkan mengalir apa adanya, berjalan dengan tanpa paksaan, justru biasanya akan ada kejutan-kejutan hidup yang menyelingi. Di saat yang tidak terduga. Ketika kita tidak memikirkan masalah yang menimpa kita, atau rehat dan meletakkan sejenak masalah itu, biasanya di saat itu ia malah terselesaikan dengan sendirinya. Telah berulang kali saya membuktikan hal itu. Bagaimana dengan kalian, temans?

Let it flow. All you need is trust.
Kita hanya butuh untuk yakin, bahwa segala yang terjadi sudah di atur oleh-Nya. Dan kembali, bahwa rencana-Nya memang Maha Indah.

Hanya potongan peristiwa kecil yang berusaha untuk dipungut ibrahnya. Semoga bermanfaat.
Wallahu ’alam bishawab...

2 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda