NUSAIDAMAN

Selamat Datang, Teman... Terima Kasih sudah berkunjung...

Selasa, 30 Juni 2009

DATANG DAN PERGI

30 Juni......
Waa... ini sudah tanggal 30 yak? Wew, sudah akhir bulan lagi ternyata. Padahal masi ingat awal bulan ini adalah my Day. Hmmm....
Akhir bulan Mei lalu saya membuat tulisan dengan me-review teman2 yg berulang taon di bulan itu. Kalo sekarang nulis dengan tema yg sama, koq rasanya tidak kreatif yak?
Tapi saya ingin menulis. Saat ini. Melepas kepergian Juni, dan menyambut kedatangan Juli. Tapi apa temanya? Saya pun tidak tau. Saya Cuma rindu menulis. Merangkai kata2 menjadi lebih bermakna. Kemarin sudah ditegur sama salah seorang teman...
”Kenapa ndak ada tulisan barunya? Apaji...”
Iya. Memang tidak ada. Liat2 blog dan notes di FB, postingan terakhir sudah lewat sepekan. Huhh...
Lagi-lagi teringat dengan quote dari Pramoedya Ananta Toer..

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, Ia akan hilang di dalam masyarakat & dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian

Sungguh sebuah statement yg mencerahkan. Walaupun Jujur, niat saya menulis tidak (atau belum?) setinggi itu. Saya Cuma ingin merekam setiap yg saya lihat, saya alami, saya dapatkan dari universitas kehidupan ini. Sederhana kan? Iya, saya memang orangnya sederhana, xixixi

30 minutes later.......
Lagi lagi no inspiration. Dunno what to say. Yang ada saya malah membuka2 lagi tulisan2ku yang dulu, walking2 di blog dan notes orang, komen sana sini, wakz...
Satu yang saya amati dari tulisan2 yg saya baca. Jika memang tulisan itu murni tulisan seseorang, (maksud saya bukan artikel atau postingan dari orang lain) maka sesungguhnya di tulisannya itu tergambar emosi dari sang penulis. Jika ia sedang gembira, lagi sedih, suntuk. Ada juga saat seseorang itu lagi full of inspiration. Seolah2 tulisannya itu tidak cukup untuk menampung ide yg ada di kepalanya. Begitu meledak ledak. (ini menurut pengamatan saya low)

Begitu pun dengan tulisan saya yg dulu2. Ada tulisan ketika sy sedang sedih (ih,bombay), ketika lagi happy2nya, saat perasaan sy dipenuhi oleh rasa syukur pada-Nya, macem2 deh.
Padahal, orang bijak mengatakan ”Tulislah kesedihanmu diatas air, agar ombak mampu menghilangkan jejaknya. Dan tulislah kebahagiaanmu di atas batu, agar ia tetap bertahan”

Tapi kenapa sy justru mengurai kesedihan saya di tulisan2ku yg dulu? Pemikiran saya begini. Sorrow n happiness is not forever. Kesedihan itu tidak akan selamanya. Akan selalu ada kebahagiaan lain yg menjemput kita. Dan lagipula, ada sangat banyak ibroh yang bisa kita ambil dari setiap kombinasi rasa yg menghampiri kita, termasuk ketika kita sedang bersedih. Tidak sia-sia Tuhan menimpakan sesuatu pada hamba-Nya. Bisa saja kesedihan itu nantinya akan membuat kita lebih dewasa, lebih bijak menjalani hidup. Klise mungkin, tapi itulah.

Saya teringat, dulu, beberapa kali saya menangis gegara dimarahi oleh Ayah saya karena kesalahan yang saya lakukan. Saya sedih, kenapa Ayah memarahi saya. Apa dia tidak menyayangi saya?
Seiring berjalannya waktu (jjah, bahasanya) pelan2 Ayah memahamkan saya.
”Kalo kamu kadang sedih karena merasa dimarahi, sebetulnya Bapak tidak pernah betul2 marah. Justru itulah bentuk sayangnya orang tua sama anaknya. Diingatkan ketika ia berbuat salah. Kalau pun caranya yg agak keras, supaya itu tertanam dalam hatimu, bahwa yang kamu lakukan itu kurang benar. Justru kalo Bapak tidak mengingatkan kamu, Bapak sudah tidak peduli lagi sama kamu. Terserah kamu mau berbuat apa saja. Mau salah ato gimana, terserah. Tapi itu tidak Bapak lakukan. Selain karena Bapak sayang sama kamu, juga karena kamu itu adalah amanah buat Bapak sama Mama”
Waktu itu saya terdiam, belum sepenuhnya bisa menerima.
”Kalo kamu masih belum paham apa maksud Bapak, tidak apa-apa. Kelak kamu pasti akan mengerti”

Saat ini, semuanya baru terasa semakin jelas. Semua cobaan dan ujian, serta kesedihan yang menyertainya bisa saja dihadirkan Tuhan dalam hidup kita karena bentuk rasa sayangnya. Mungkin ada suatu kesalahan yang kita lakukan, dan Dia merasa perlu untuk mengingatkan kita. Sakit mungkin, tapi sekali lagi, it’s not forever.

Jadi, saya memilih untuk menuliskannya Insya Allah bukan untuk mengikat kesedihan itu, tapi... apa ya? Mmm... begini saja. Membacanya lagi di waktu2 lain mungkin bisa menghadirkan senyum, dan berucap dalam hati ”ternyata sy pernah dibuat sedih gegara hal macam ini” xixixixi...

Hmm... Juni. Menghadirkan banyak cerita dan beragam warna. Mungkin sama saja dengan bulan2 sebelumnya, tapi karena Juni ini masih tersisa beberapa jam lagi, maka semuanya masih tergambar jelas.
Kalo ingat bahwa saya merayakan my special Day di awal bulan ini, rasanya tidak ingin bulan ini berlalu. Saya pernah merasa sangat bahagia disitu. Namun jika mengingat kesedihan yg menyusul setelahnya, gimana ya??? :soksokmikir:

Aih, ada baiknya tulisan ini diselesaikan saja, daripada ngelindur kemana2...

Oia, kalo ada yg bertanya kenapa judul postingan ini seperti itu, simple saja. Yang datang itu adalah bulan Juli, dan yang pergi adalah Juni. Sederhana. Tidak usah mikir terlalu luas, kawan. Wakwakwak...:))

Sampai jumpa di bulan Juli, temans. See you around...;)

Minggu, 21 Juni 2009

SEPENGGAL CERITA SENJA

Labu’ni essoe, turunni uddanie....
Itu nyanyian Bugis kalo tidak salah. Tapi tidak tau lengkapnya seperti apa. Artinya ketika matahari telah terbenam, maka rasa rindu akan menghampiri. CMIIW

Ia jarang menikmati senja. Biasanya ia masih berada di jalan sepulang dari kantor, biasanya ia baru saja bersih2, mandi sore dan bersiap untuk menyambut maghrib. Tak jarang pula ia masih berada di kantor, jika pekerjaan masih tersisa.
Tapi kali ini, ia berada di rumah (tepatnya kos2an) ketika senja menjemput. Entahlah, rasanya ada yg lain dengan senja ini. Perlahan ia beranjak ke teras rumahnya. Mencoba menikmati pemandangan yg tersaji didepannya. Ugh.. Cuma ada lalu lalang kendaraan. Dan lagi-lagi pikiran membawanya melintasi pulau, singgah di sebuah rumah di suatu daerah yg berjarak 200 km dari Makassar. Ya. Rumah itu. Yang selalu dirindukannya. Dulu, sore menjelang senja selalu menjadi saat2 favoritnya. Bisa berkumpul, bercengkrama dengan orang2 tersayang. Sambil menikmati teh hangat dan kadang2 penganan buatan ibu. Bercerita tentang hari itu. Tentang hal2 yang ditemuinya, tentang apa saja, yang menarik untuk dibicarakan.
Ah... betapa jauhnya ia kini berada. Betapa inginnya ia selalu berada di rumah itu. Di tempat dimana ia tak pernah kehabisan kasih sayang.

Masjid dekat rumahnya sudah mulai mengaji, menandakan Maghrib akan segera menjemput. Ia masih setia dengan lamunannya. Lembar Ma’tsurat itu hanya tergenggam di tangannya, tak terlafazkan. Entahlah, kali ini kerinduan akan rumahnya lebih menyita konsentrasinya...
Entah sedang apa orang2 di rumah itu skarang. Mungkin sedang sibuk menerima tamu, menyambut kehadiran seorang manusia baru. Atau mungkin sedang sibuk menyiapkan pernak pernik untuk acara selamatan. Atau.....

”Allahu Akbar Allahu Akbar.........
Allahu Akbar Allahu Akbar........”


Suara itu sontak menghentikan lamunannya. Ah, adzan sudah berkumandang. Saatnya memenuhi panggilan-Nya. Perlahan ia bangkit, menghapus yg menggenang di pelupuk matanya.
Sudahlah, tak usah sentimentil begitu, bisik suara hatinya yang lain.........

Kamis, 11 Juni 2009

RENCANA INDAH

ketika aku masih kecil, aku sering melihat ibuku terlihat sibuk
seperti sedang mengerjakan sesuatu diatas sehelai kain.
aku yang sedang bermain dilantai melihat ke atas
lalu bertanya, apa yang sedang ibu lakukan?

Ia menerangkan bahwa ia sedang menciptakan keindahan di atas sehelai kain.
aku bilang dengan polos padanya bahwa yang kulihat dari bawah
justru adalah sekumpulan benang yang terlihat ruwet
Ibu dengan tersenyum memandangiku dan berkata dengan lembut

"anakku, lanjutkanlah permainanmu sementara Ibu menyelesaikan sulaman ini.
nanti setelah selesai, kamu akan kupanggil dan kududukkan diatas pangkuan ibu
dan kupastikan kamu dapat melihat sebuah keajaiban kecil’

aku heran, mengapa ibu menggunakan berbagai warna benang
sehingga semakin terlihat begitu semrawut menurut pandanganku.
beberapa saat kemudian, aku mendengar suara ibu memanggil.
‘anakku, mari kesini dan duduklah di pangkuan ibu’

ketika sudah berada di pangkuannya, aku semakin bingung...
aku heran dan kagum melihat warna warni bunga-bunga
dengan latar belakang matahari yang sedang terbit
sungguh indah sekali, Aku hampir tidak percaya melihatnya.

aku teringat lagi, bahwa tadi dari bawah sana
yang aku lihat hanyalah sekumpulan benang benang yang ruwet..
sebelum aku tersesat lebih jauh ibuku tersenyum lagi
kemudian sambil mengusap punggungku seingatku ibu berkata,

‘anakku, dari bawah, kamu melihatnya memang tampak ruwet
di posisi yang berbeda ini ada satu hal yang tidak kamu sadari
bahwa diatas kain ini sudah ada gambar yang ibu rencanakan,
sebuah pola yang teratur dan ibu hanya mengikutinya saja nak...

sekarang dengan melihatnya dari atas, semoga kamu dapat mengerti
untuk mendapat keajaiban ini semua harus melewati proses
dan sejak itu kamu tidak tahu dan hanya menduga dari bawah sana
tidak semuanya terasa indah untuk dilihat juga dirasakan nak’

kini berpuluh tahun berselang setelah kejadian tadi
banyak dari teman temanku yang tidak seberuntung diriku
sehingga masih sering saja berpikir seperti aku yang masih kecil & polos
sibuk memandangi benang benang ruwet beraneka warna warni

dan ketika itu pula seringkali aku teringat ajaran ibuku yang sederhana,
maka sekarang, setiap kali merasa betapa hina dan suramnya hidupku
aku selalu melihat ke langit di atas sana dan bertanya pelan kepada tuhan.
tuhan, apa yang sedang Engkau kerjakan pada hidupku dari atas sana....

samar kudengar jawabnya kira kira begini
‘wahai hambaku, kamu jalani dan teruskan saja pekerjaanmu
dan biarkan Aku juga menyelesaikan pekerjaanKu
satu saat nanti Aku akan memanggilmu ke langit tertinggi
lalu mendudukkan kamu di pangkuanKu sama tingginya
saat itulah kamu akan melihatnya dari sisiKu,
bersama sama melihat rencanaku yang paling indah,
yang sudah kusiapkan untuk masing masing kalian....yang percaya’

untuk siapa saja semoga bermanfaat :)
+byyou+


kiriman seorang teman....

Rabu, 10 Juni 2009

YANG TERLEWATKAN

Siang itu sy sedang menunggu kereta. Semarang-Surabaya. Saat memasuki ruang tunggu, aku sedikit kesulitan menemukan tempat duduk yang kosong. Dimana-mana banyak orang yang terbaring di tempat duduk itu, mengambil space yg cukup besar. Sebagian besar sedang lelap dalam tidurnya. Kuperhatikan dengan seksama. Orang-orang itu, hmm... memakai seragam, di belakangnya bertuliskan Kuli Angkut Stasiun Tawang Semarang. Oow... mungkin mereka yang menawarkan jasa mengangkatkan barang dari para penumpang Kereta Api.

Saya kemudian memilih mojok di salah satu tempat yg agak lowong, di sudut ruang tunggu. Keretaku masih 2 jam lagi. Kuletakkan ranselku disamping, dan mulai mengedarkan pandangan ke keadaan sekitarku, seperti kebiasaanku jika sedang menunggu. Memperhatikan orang2 yg lalu lalang di ruang itu. Biasanya hal ini membawa inspirasi sendiri dalam otakku. Banyak hal yang bisa dipelajari dari keadaan sekitar. Dari hal-hal kecil sekalipun.

10 menit, 20 menit, sy belum bisa menemukan apa-apa. Pikiranku malah mengawang-awang ke dalam kejadian beberapa hari terakhir ini. Begitu banyak yg terjadi di luar kendaliku. Dan seperti biasa pula, hal seperti ini sedikit banyak akan mempengaruhi kondisi psikisku. Berulang kali kucoba mencari sisi positif dari semua hal yang kualami, berharap dapat menemukan celah untuk aku dapat memetik hikmah dari situ. Gagal. Yang ada sy semakin terpuruk dalam rasa penyesalan, rasa tidak_mengerti_kenapa_harus_saya_yang_mengalami_kejadian_ini. Ah.... kerdilnya pikiranku.

Tiba-tiba peluit tanda kereta akan datang, berbunyi. Sontak ruang tunggu yang tadinya sunyi, tidak ada aktivitas yg berarti, menjadi riuh. Para pedagang asongan mulai siap2 dengan dagangannya masing2. Dan, beberapa orang yg tadi tertidur di bangku panjang itu, terlihat sangat kaget, dan langsung terbangun pula dari mimpinya. Sebagian nampak belum begitu pulih kesadarannya. Bangun, mengucek mata, tertegun sejenak, namun tak lama segera bersiap-siap pula menyambut kereta itu. Ini kali pertama aku naik kereta di sini. Sebelumnya pertama dan terakhir di Malaysia, waktu KKL tour, tahun 2006 kemaren. Dan sy baru tau pulak kalo untuk naek di kereta itu ada tangga kecil yg disiapkan oleh stasiun. Tangga itu tidak dipasang permanen, karena tidak dapat ditebak di titik mana kereta akan persis berhenti. Nantinya, para kuli itu berebutan mendekatkan tangga itu di pintu kereta. Semoga kalian bisa membayangkan apa yg sy maksud, hehehh...

Ketika kereta itu telah benar2 berhenti, para kuli itu pun berebutan masuk ke dalam kereta, mencari penumpang yang memiliki bawaan yg cukup banyak. Menawarkan jasa mengangkatkan barang. Sampai penumpang yg turun di terminal itu habis. Begitu seterusnya. Jika kereta yg lain datang, maka siklus yg sama akan terulang.

Sepintas, tak ada yg aneh dengan hal itu. Semua bekerja dengan porsinya masing-masing. Dan semua sudah mendapat jatah rejekinya sendiri-sendiri, tinggal bagaimana ia menjemputnya.

Namun menjadi tidak biasa ketika realita ini dihadapkan padaku. Sy merasa seolah2 tertampar melihat semua yg ada di depan mataku ini. Begitu susakhnya orang lain mencari nafkah, hingga harus menghabiskan hampir seluruh waktunya di stasiun ini. Tertidur di bangku2 stasiun itu. Mungkin hingga malam, atau bahkan sampai pagi, mengikuti jadwal kedatangan kereta. Belum lagi jika orang2 itu harus menafkahi keluarganya. Tapi adakah keluhan terucap dari lisannya? Entahlah. Tapi jika memang alasan untuk mengeluh bisa dibenarkan, sy merasa, orang2 dihadapanku ini lebih pantas untuk mengeluh, dengan keadaannya saat ini. Atau ini hanya otak sok tauku yg sedang bekerja? Pertanyaan selanjutnya, apakah ada alasan yg membenarkan kita untuk mengeluh? *koq jadi kemana2 gini yah*

Sementara saya? Baru ujian sedikit saja sudah merasa tidak diperlakukan dengan adil oleh Tuhan. Merasa heran, mengapa hanya aku yg diberi ujian itu. Padahal, heyyyy.... bukankah itu untuk menguji apa yg ku akui sebagai iman? Mengapa tak jua kurasakan bahwa saat ujian itu datang, Tuhan sedang tersenyum padaku karena rasa sayang-Nya. Tak hendak Dia menjadikanku manusia yg congkak dengan apa yg sedikit kumiliki. Tak rela dia melihatku begitu memuja kefanaan dunia, sementara ada akhirat yg menunggu dengan keabadiannya. Dan berbagai prasangka baik yg mestinya kutujukan untuk-Nya namun tertutupi oleh rasa kalut dan sedih.

Allah memang memiliki banyak cara untuk menegur hamba-Nya. Lagi-lagi harus kusyukuri, Dia masih menegurku dengan cara-Nya yang indah. Lewat pemandangan yang tersaji didepanku, lewat orang-orang yg pastinya tak mengenalku, tapi saya mengambil banyak pelajaran darinya. Betapa Allah menyayangiku.

Maka, perjalananku ke Semarang ini tidak hanya menjadi SPPD terjauh yang kujalani, tapi juga menjadi sebuah perjalanan yg membawaku pada sebuah rasa kesyukuran yang dalam. Mengingat lagi betapa banyak nikmat-Nya yang terhampar di depan mata, yg seringkali lalai untuk disyukuri. Merasakan lagi belaian sayang-Nya lewat apa yg kurasakan sekarang. Terima kasih Ya Allah untuk rasa ini, semoga aku mampu menjaganya. Dan –sekali lagi- untuk semua Nikmat-Mu, entah dengan cara apa lagi aku harus mensyukurinya....


Tak sadar, ketika kereta mulai melaju meninggalkan stasiun, sy masih menyisakan senyum itu...:)

Minggu, 07 Juni 2009

RAPUH

Terjawab sudah. Keresahan, ketakutan yg saya rasakan. Sekarang sudah menemukan jawabannya. Terbukti. Semuanya sudah mewujud nyata. Jujur, saya belum tau bagaimana harus bersikap. Saya masih sering menemukan diri sy sendiri sedang termangu. Saya melakukan sesuatu tapi pikiranku sedang tidak disitu.
Seperti saat ini, sy sedang di Pantai Kenjeran, Surabaya. Rihlah bersama teman-teman se halaqah. Tapi sekali lagi, my mind is not here. Saya sudah berusaha menikmati suasana ini. Larut bersama keceriaan teman-teman. Tapi sepertinya raut wajahku tidak mampu menyembunyikannya. Mereka sudah berulang kali bertanya "kenapa, La? Kamu tidak papa?" Semuanya cuma dijawab dengan senyuman (yang mungkin dipaksakan). Hhhh........ maapkan sy teman.
Belum bisa bercerita banyak skarang ini....

Feels like wanna go home.......

Kamis, 04 Juni 2009

ADA APA YA???

Rasa sakit itu menyerang lagi. sudah 2 hari ini. ugh... kenapa ya? Terakhir penyakit ini muncul kalo tidak salah 2 bulan yang lalu. Saat sy sedang sutres2nya memikirkan TS yang tak kunjung usai (jjah, bahasanya). Sebelumnya, saat sedang di Bogor waktu menjalani diklat. Sebelumnya lagi, waktu menjelang ujian skripsi medio 2007 lalu.

See? Ia selalu kambuh kalo sy sedang sutres, tegang, sedang menghadapi sesuatu yg scared lah pokoknya. Sekarang? Apa ya? Pekerjaan memang ada, banyak malahan. Tapi tidak sampai mengganggu pikiranku. I think I can overcome this. Lantas??? Apa secara tidak sadar sy sedang ”menyimpan” sesuatu? Beugh... Aneh...


Puncaknya tadi sore. Sayah sudah tak lagi bisa menyembunyikan rasa sakit itu. Pulang kantor, segera shalat Maghrib dan berniat istirahat. Tapi, sekian lama sy hanya bisa berguling2 di tempat tidur, meringis kesakitan. Segala macam posisi sudah kucoba, nungging, tengkurap, balik kanan, balik kiri, dan akhirnya tertidur, kelelahan menahan sakit. Baru tersadar saat sy menuliskan ini. Pengennya segera istirahat lagih. Tapi mata ini masih segar. Percuma memaksakan untuk terpejam. Mau menelpon, tapi bisa hubungi sapa malam2 ginih? Sekarang 10.25 pm. Berarti di Makasar dan sekitarnya sudah setengah 12 malam. Wew...

Untunglah ada si Lepi. Hhh... lagi2 kau menemaniku..... Mudah2an besok bisa baikan.Amiiin...

Selasa, 02 Juni 2009

1 JUNI

Sayah tidak tau musti menulis apa. Dari kemaren sy sudah ber-azzam (bbeugh...serius amit) akan menulis sesuatu dalam menyambut hari ini, tapi kenapa jadi uninspired gini yah? Dari kemarin yg kukerjakan hanya mutar WMP, nyetel2 lagu, liat2 foto, buka2 tulisan yg dulu, keluar nonton, balik lagi karena tidak ada acara yg bagus, dan akhirnya milih membaca buku. Padahal sy harus menulis. Harus!!! Ayo iLLa…. Write something!!!
Oke oke mari kita mulai………………

--------------------------------------------------------------------------------------------

Folder itu masih tersimpan di hape jadul ku.
Messages --> Text Messages --> My Folders --> 23 taon
Iyah. Folder yang menyimpan sms-sms ucapan selamat ulang taun yg ke-23 dari kakak, teman, sahabat, dan orang2 tersayang lainnya. Hyaaa sekarang sudah 24 taon aja. Gak kerasa? Ah, kerasa gak kerasa sih.
Masih ingat, 1 Juni tahun lalu masih merasakan euforia gegara pengumuman akhir dari kantor tempat sayah berada skarang. Iya, pengumumannya tanggal 30 Mei 2008.
Dalam kurun setahun ini, pastinya banyak hal baru yg terjadi. Tak lama setelah ulang tahun itu, sy berangkat ke Bogor untuk menjalani diklat prajabatan selama hampir 3 bulan. Selanjutnya medio September 2008 ke Surabaya, sesuai keputusan Pusat dimana sy mesti menjalani On Job Training. Sampe saat ini.

(Sampai di paragraf ini, sy masih tidak tau mesti melanjutkan tulisan ini ke arah mana. Napa jadi susakh begini yak??)

Sy sudah berusaha mengingat2 momen yang kira2 bisa kutuangkan menjadi tulisan. Ah, tidak ada yg spesial. Flat. Tapi tiba2 sy menjadi panik dengan keadaan ini. Gejala apa ini? Saya pernah mendengar pepatah :

Jika seseorang memiliki hari yg lebih baik dari kemarin, maka beruntunglah ia
Jika seseorang memiliki hari yg sama dengan kemarin, maka merugilah ia
Jika seseorang memiliki hari yg lebih buruk dari kemarin, maka celakalah ia


Apakah kesulitanku untuk merunut kejadian setahun belakangan ini karena hari2 yg kujalani ternyata sama dengan setahun kemarin? NaudzubiLLah, semoga tidak.
Karena kutau, setiap detik akan ada pertanggungjawabannya. Di suatu hari dimana seluruh anggota tubuh akan melaporkan setiap yg dilakukannya semasa di dunia. Di hari dimana tak ada lagi yang mampu disembunyikan, sebesar Dzarrah sekali pun.

weLL, 1 Juni 2009. 24 years old already, Waaa....
Tidak ada yg mampu kukatakan lagi selain memenuhi ruang hatiku dengan segala kesyukuran pada-Nya. Tentu saja. Di usia ini, Alhamdulillah Allah menganugrahkan rejeki dengan pekerjaan ini. Diluar segala resiko yg mesti kuhadapi, aku harus tetap bersyukur. Dan berharap semuanya menjadi Barokah buatku dan orang2 di sekitarku.

24 tahun. Bukan angka yg sedikit lagi. 288 bulan. 8640 hari. 207.360 jam. 12.441.600 menit. 746.496.000 detik. Wa!!!!!! Banyak sekali. 746 juta detik! Wew... kalo jadi duit bisa wat beli apa aja yah?

Jika pun Alloh masih memberiku waktu untuk kujalani setahun kedepan, (kalo boleh) sy ingin meminta untuk tidak lagi disilaukan oleh kefanaan dunia. Tentunya tanpa menafikan kenyataan bahwa dunia adalah ladang amal kita, untuk menyiapkan bekal menuju akhirat yg kekal. Namun cukuplah ia berada di genggaman, tidak di hati. Semoga sy mampu mengaplikasikan ini. Sebab telah kurasakan sendiri, terlalu banyak berharap pada hal2 yg bersifat duniawi hanya membawaku dalam kondisi yg tidak lebih baik. Berbagai hal yang datang dan pergi, serupa bingkisan kebahagiaan, namun toh nyatanya bukan. Semuanya semu, serba tidak jelas, ambigu. Dan akhirnya? Yang tersisa hanya rasa bersalah pada-Nya. Semoga Alloh mengampuniku....

Next, I just want to make it simple. Bahwa semua yg kulakukan senantiasa berada dalam bingkai ibadah kepada-Nya. Hanya itu. Yeah, meskipun kuakui, segunung teori memang akan sangat mudah terurai, namun dalam kenyataannya, (meminjam istilah salah seorang teman) ini bukan tangan yang mudah di bolak balik, ataupun tidak semudah mengikat tali sepatu. *buat yg punya hak paten, pinjam quote-nya nah*.
Tapi bukankah kita punya Alloh, Sang Pemilik Kehidupan? Sungguh, tidak ada yg tidak mungkin bagi-Nya. Cukuplah Dia yang menjadi penolong kita, menjadi sumber kekuatan kita dalam menjalani hidup yg serba complicated.

Begitu saja. Sayah semakin bingung melanjutkan tulisan ini. Kalau suatu saat ada yg ingin kutambahkan, sy toh bisa meng-edit tulisan ini. Kalo tidak, ya sudah. Biarkan ia tersimpan di folder ”zona bijak” di lepiku.

sekali lagi, terima kasih untuk semua ucapannya teman. Dan buat yg lupa, tidak ingat, dan sejenisnya, sayah.... sayah.... ah tidak apa2. Satu hal, tidak dianggap itu sakit, Jendral! xixixix....


seLamat uLang tahun, iLLa......... (ngomong sendiri)

Senin, 01 Juni 2009

YANG TERSISA

Seperti di cerita sebelumnya, cuman mo bilang kalo sy abis pulkam (lagi). huehehhe... Sering banget ya sy pulang? Surabaya-Makasar kan dekat kawan. Cuman sejam pesawat. Dengan waktu dari rumah kebandara plus di ruang tunggu, yahh let’s say 3 jam-an lah. Lebih cepat dibanding dari Makasar-Sinjai. Tapi tiketnya bisa 10 kali lebih mahal, waks.....

Diperlukan sedikit kenekatan untuk kepulanganku kali ini. Betapa tidak, aku berencana pulang Selasa malam, dan sampai hari Senin kerjaan plus revisi TS blum kelar-kelar juga. Belum ijin ke bosku kalo aku bakal tidak masuk selama 2 hari. Blum pesan tiket pulak. Hari-hari sebelumnya aku sebenarnya sudah berniat membatalkan kepulanganku kali ini. Tapi mendengar suara Ibu, ah.... pulang deh.
Dengan rasa deg deg plas sy menghadap ke bosku sore itu, untuk ijin. Alhamdulillah diijinkan. Saatnya pesan tiket. Lagi-lagi Alhamdulillah, tiketnya tidak mahal-mahal amat, padahal udah H-1.
Tapi masalah kembali muncul saat di detik2 terakhir menjelang pengumpulan TS-ku, mentorku menemukan something wrong, dan menyuruhku memperbaiki. Busyet, buanyak banget yg musti diganti. Kuliat jam, udah jam 2. Nyampe gak ya? Belum lagi jilidnya. Padahal rencananya udah mw ngumpul hari ini, which is itu berarti harus selese sebelum jam 4 sore. Ergh.........

Singkat cerita (cailahhhh bahasanya), tanda ACC itu baru kuperoleh dari sang Mentor tercinta saat waktu sudah menunjukkan pukul setengah 6 sore. Sangat tidak mungkin mengumpulkannya hari itu. Orang2 sudah pulang semua. Dan aku harus berangkat malam itu. Mana pesawatku berangkat jam 8 pulak. Artnya harus cek in jam 7. Artinya pula, harus berangkat dari rumah jam 6. Lah sekarang jam berapa???? Blum lagi packingnya. Siap2nya. Saya udah keringet dingin aja. Gak lucu kalo gak jadi pulang gara2 alasan konyol ini. Oia, ibu juga nitip ole2 ternyata. Beli di Bandara saja deh. Sudah tidak sempat beli di toko yg biasa. Kalo ga salah disana juga ada cabangnya

Untungnya si Hendy, teman sesama OJT mau berbaik hati mengumpulkan TS-ku keesokan harinya (tentunya dengan iming-iming ole2 dr Makasar yg sampe saat ini blum kupenuhi, xixixixi). Urusan TS kelar, saatnya menge-print tiketku. Yeah, sy memang mesan tiket via YM, dan tiketnya dikirim ke imelku. Hebad kan? (ato yg kek gini udah biasa yak? Wkwkwk) Kalo ada yg berminat, call me. Via japri ajah. Tiketnya murah koq. Bukan. Bukan saya. Teman sy ada yg jadi agen travel gitu deh. Tiketnya dijamin lebih murah dari yg lain. Bruntung banget tuh temanku, dipromosikan olehku di tulisan ini, hihihih.....
Wait, koq? Astagaaa ternyata pesawatku berangkat jam 10 malam. 22.20. dan temanku itu salah mengirim sms, di sms dy nulis 20.20. padahal sy sudah menghubungi kakakku kalo berangkatnya jam 8 malam dr Surabaya. Gapapalah, artinya masih ada waktu wat siyap-siyap. Ibu? Mencak2 ga karuan.

Sampe aku sudah berada di taksi menuju bandara, aku masih tidak percaya kalo bakalan ke Makasar lagih. Wedew, bukan cuman Makasar malah, ke Sinjai juga. Yippiiiiiii....(dance). Sampe di Bandara, langsung cek in dan siap2 naik ke atas. Waktu di jalan mw ke atas, sy melihat seseorang sedang siap2 menutup tokonya. Perasaanku mulai tidak enak. Jangan-jangan........... dan ternyata benar. Toko cabang langgananku wat beli oLe2 itu SUDAH TUTUP. Satu kesalahan, sy gak mikir kalo saat itu sudah jam setengah 10 malam, dan toko itu tentu saja tidak buka selama 24 jam. Meneketehe???? Ibu, kau pasti lebih mengharapkan kehadiranku dibanding ole2 itu kan bu? Iya kan? Padahal kemaren dengan sok kepedean nanya ke Ibu ”mau ole2 apa Ma?” Ternyata oh ternyata.... Jadilah sambil jalan ke ruang tunggu, sy berusaha nahan untuk tidak ketawa sendiri, menertawai kebodohanku yg kesekian kalinya.
Di pesawat, sy masih senyum2 sendiri, membayangkan lagih betapa ”rusuh”nya saya tadi sore sampe tadi di ruang tunggu. Semuanya serba buru-buru. Xixixixix......:D

weLL, 3 hari di Sinjai betul2 home sweet home. Sama sekali gak niat keluar rumah. Eh, keluar siy, cuman waktu nemenin Ibu ke Pasar, sama nJenguk Ayah dirumah 2x1-nya.
Baru saat di Makasar menyempatkan wat ketemuan dengan teman2 dan adek2. Silaturahim sambil makanG-makanG, ato sebaliknya? Whateverlah, pokoknya itu. Baru pulang saat para pelayan sudah mematikan sebagian lampunya, tanda bahwa tempat itu akan segera ditutup. Sungguh cara pengusiran yang halus...

Besok paginya, jalan-jalan lagih sama Ibu. Belanja belanji. Boleh duonk, itung2 birrul walidain. Dan kembali ke Surabaya sore harinya. Hmm.....
Overall, liburan kali ini lebih berasa buatku. Tentu saja, kan lebih lama. Tapi di sisi lain, juga lebih beresiko. Sy tidak tau apa yg terjadi di kantor selama sy tidak masuk. 2 hari bow. Padahal dengan status OJT, mustinya sy belum boleh ijin lama-lama. Ah, apapun yg terjadi, terjadilah. Saya yakin, ketika Allah memudahkan jalan untuk pulang kemaren, artinya Dia pun sudah memudahkan untuk hal-hal yg terjadi sesudahnya.

Saat berada di pesawat yang akan membawaku kembali ke Surabaya, saya melihat keluar. Bandara Internasional Sultan Hasanuddin. Kapankah lagi aku menjejakkan pijakan kakiku disini? Entahlah. Tapi tetap kusisipkan doa, semoga ada suratan takdir yang membawaku segera kembali ke sini. As soon as possible...
Ya. Bukankah kekuatan seorang Muslim terletak pada kedekatannya dengan Rabb-Nya? Dan bukankah kedekatan itu salah satunya tercipta lewat doa?

Meskipun, jujur, ada sedikit keresahan yg kurasakan. Begitu samar, tak mampu kudeskripsikan. Akan sebuah ketakutan yg mungkin akan segera mewujud nyata. Bukan. Bukan kenyataan ini. Tapi sebuah kenyataan lain yg bisa saja akan menyusul kenyataan sebelumnya. Hummm.....Semoga tidak. Amin...Amin...Amin... Semangad La!!!^_^